Jumat, 19 April 2013

32 April Kartini’s Error Oleh : Aditya Bayu Anggara

32 April Kartini’s Error
Oleh : Aditya Bayu Anggara

            Namanya Ana, satu-satunya anak perempuan yang aku sukai di kelasku. Hari ini tanggal 15 April, ada pengumuman dari ketua kelas bahwa pada tanggal 21 April nanti akan diadakan perayaan Hari Kartini di SMA kami. Sehinggga saat itu juga diadakan siapa-siapa yang akan mewakili kelas kami untuk hari itu.
            Suasana kelas gaduh seketika itu, semua mengusulkan dan mengeluarkan aspirasi mereka, kecuali 4 orang anak laki-laki yang sedang asyik di belakang bermain game sepak bola di laptop. 4 orang itu termasuk aku. Aku pura-pura cuek tidak mendengarkan pemutusan itu. Saat ditanya agar aku menjadi Kang Mas untuk mewakili acara itu, aku diam saja karena aku mendengar isu bahwa Mbak Yu yang akan mewakili kelas kami adalah Ana, jadi aku pun juga berharap seperti itu. Ternyata yang ditulis di papan tulis itu adalan benar namaku dan namanya Ana. Sebenarnya aku senang tapi melihat raut wajah Ana yang nampaknya tidak terlalu senang aku pura-pura tidak mau dengan bilang, “ Apa-apaan ini, kalian belum meminta persetujuanku. Tadi aku kan sedang main game jadi tidak mendengarkan.” Tapi apa hasilnya mereka tetap menulis nama itu. Aku keluar kelas menuju ruang musik dengan temanku, maklum saja saat itu sedang jam pelajaran seni. Sembari keluar, sebenarnya aku senang dan tersenyum sendiri sambil harap-harap cemas, semoga saja Ana mau mewakilinya denganku.
            Jam sekolah telah usai, semua siswa pulang aku pun begitu. Sesampaiku di rumah aku menerima sms dari Ana, dan ia mau menjadi Mbak Yu dalam kontes Hari Kartini itu. Ah... senangnya aku. Aku menjadi senyum-senyum sendiri di rumah, memang keputusan itu juga berkat salah satu temanku yang tahu kalau aku suka sama ana, dia nyang ngomporin temen-temen agar milih aku sama Ana yang mewakili tapi akhirnya dia selalu mengejekku. Ya .... tak apalah, dia juga sudah membantuku. Walau aku jadi agak malu sama teman-teman.
            Semua sudah deal dan semua persiapan ditanggung kelas. Semuanya sudah dipersiapkan secara matang. Mulai dari pakaian, yang bertugas untuk membuat tumpeng juga sudah membuatnya. Intinya semuanya sudah siap.
            Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku saat itu, tapi aku sudah tidak tahan lagi menahan perasaanku pada Ana. Akhirnya aku katakan itu padanya. Tapi apa yang terjadi, ternyata dia malah marah. Aku tidak tau, mungkin jawabannya adalah tidak saat aku menyatakan itu. Alasannya hanya karena nggak enak sama teman-teman dan ingin selamatkan nama baik aku. Meskipun aku kurang percaya dengan alasan itu tapi rasa egoku itu malah membuat dia semakin marah padaku. Mungkin alasan sebenarnya adalah dia tidak mau mantan pacarnya melihatnya denganku dan mungkin dia masih menyukainya.
            Semua jadi kacau, dia nampak marah berat padaku bahkan telfonku saja tidak diangkat. Dan ternyata dia sudah tidak mau lagi mewakili kelas, dia bilang dia tidak PD, aku tau itu hanya alasannya saja. Aku sangat menyesal aku telah mengacaukan semuanya. Akhirnya aku bicara baik-baik kepada teman-teman. Untunglah teman-teman mau mengerti, pada akhirnya aku juga mengundurkan diri dan digantikan oleh temanku. Sampai hari kontes itu pun tiba Ana tetap tidak bicara apapun kepadaku. Kelas kami gagal mendapat juara dalam lomba itu. Ah... menyesalnya aku mungin itu karena kebodohanku. Aku sudah mengacaukan semuanya.
            Hari-hari berlalu, Ana tetap tak mau bicara padaku. Aku tidak tahu apa salahku, apakah karena aku bilang bahwa aku suka sama dia dan mengajaknya pacaran itu salah. Aku baru tahu ternyata benar bahwa dia nggak enak sama mantannya yang sampai saat ini mereka masih sering bersama dan sering bertemu. Walaupun aku cemburu, tapi aku tidak berhak untuk itu.
            Minggu ini ayahku akan pindah keluar kota, aku ditawari apakah aku ingin pindah atau tetap disini tinggal di rumah kakekku. Aku merasa bersalah pada Ana, aku berfikir mungkin kalau aku pindah keadaan semua akan kembali baik-baik saja. Aku putuskan tanpa pikir panjang untuk ikut pindah dengan ayah itu berarti aku juga pindah sekolah. Aku ingin membicarakan ini kepada Ana tapi aku tak pernah punya kesempatan untuk itu, tiap kali aku menghampirinya dia selalu pergi menjauh. Aku hanya bisa menulis surat bahwa aku akan pindah tapi aku akan tetap disini kalau dia memintanya. Semoga saja dia membacanya, aku menitipkannya pada Fia, teman dekatnya.
“An, kenapa kamu tidak mau bicara pada Adi?”, tanya Fia pada Ana.
“Aku tidak tau Fi, rasanya aneh. Apa dia tidak punya akal. Aku baru saja putus dengan teman dekatnya, dan dia malah menyatakan cinta padaku. Dia bodoh, apa dia tidak tau itu akan membuat citranya buruk di depan teman-temannya.”, sahut Ana.
“Kamu sayangkan sama Adi?”, tanya Fia lagi.
“Entah, aku bingun. Sebenarnya aku suka sama dia tapi aku juga masih suka sama Fani. Masa aku suka sama 2 orang sekaligus itu nggak mungkin kan? Jahat banget.”, katanya.
“Jangan sia-siain Adi An, dia tulus sama kamu. Fani juga yang sudah mutusin kamu kan ngga ada gunanya kamu nungguin dia terus. Dia udah seenaknya mutusin kamu, dan sekarang dia mau balikan lagi sama kamu. Kalau kamu terima kamu nyakitin Adi banget An. Apa salahnya kamu kasih kesempatan buat Adi, lagipula kamu juga punya rasa kan sama Adi dan kamu berusaha buat ngilangin rasa itu gara-gara si Fani juga ngajak balikan kamu lagi. Lebih baik kamu fikirin itu lagi.”, kata Fia dan Ana hanya diam saja sambil menundukkan kepalanya.
“Nanti dia akan pindah keluar kota mungkin dia sekarang sedang di perjalanan.”, kata Fia sambil menyerahkan surat dariku. “Kalau kamu bener-bener sayang sama dia kejar dia, minta maaf dan suruh dia tetap disini tau kamu akan menyesal kehilangan dia.” Fia berkata lagi lalu pergi.
            Setelah itu Ana menghentikan Fia dan bertanya dimana Adi sekarang. Ya.. sekarang aku sudah ada di bandara, Ana berlari dan coba untuk menghubungiku, tapi aku mematikan ponselku aku kira dia tidak akan pernah peduli dengan kepindahanku. Sekejap saat itu aku hendak berjalan menuju pintu pesawat bersama ayah. Tapi tiba-tiba Ana menghentikan langkahku dengan nafasnya yang terenggah-enggah. Aku kaget sekali dia akan memintaku untuk tetap disini. Tanpa pikir panjang aku cepat memilih untuk tetap tinggal disini dengan kakekku, dan beruntung ayah juga mengizinkanku.
            Aku sangat senang akhirnya kami bercakap-cakap sambil memakan es krim di bawah pohon mangga di taman dekat bandara. Kali ini Ana yang mengawalinya, ia bilang kalau ternyata ia juga suka kepadaku. Betapa kagetnya diriku saat itu.
“Sayangnya sekarang Hari Kartini telah usai, maafkan aku dulu aku mengacaukan semuanya.”, kataku.
“Sekarang memang sudah tanggal 2 Mei, tapi kita bisa menganggap hari ini adalah tanggal 32 April dan kita masih bisa merayakan Hari Kartini.”, bilangnya sambil tersenyum padaku.

Seakan akan hari ini adalah tanggal 32 April bagiku dimana kami merayakan hari aku menembaknya Hari Kartini Love Error.......... aku menyayanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar