Kamis, 18 April 2013

Best Delay Lover Story Oleh : Aditya Bayu Anggara

Best Delay Lover Story
Oleh : Aditya Bayu Anggara

            Ada rasa aneh terasa, seketika saat aku bertemu kembali dengan orang yang sangat aku sukai di reuni SMA ini. Namanya Ida, dulu aku sangat suka padanya. Sayangnya, mungkin ia tak akan pernah memilihku dan perasaan ini mungkin juga cuma aku simpan saja. Dan mungkin juga itu sebabnya teman-teman mengataiku tidak pernah menyukai cewek karena sampai saat ini aku belum punya pendamping, hehehe.
            Teringat saat dulu aku melihatnya. Sebenarnya saat pertama tahu dia, aku tidak punya perasaan suka padanya malah mungkin yang ada adalah rasa kurang suka. Saat itu aku masih duduk di kelas X, aku menganggap Ida adalah anak cewek yang sombong dan sok, padahal kesan pertama nggak cantik-cantik banget deh. Dia suka lewat sliwar-sliwer nglewatin aku sama temen-temen yang lagi nongkrong di depan kelas tanpa bilang permisi atau apalah. Maklum dia anak kelas sebelah jadi sering lewat depan kelasku.
            Hal yang tidak aku duga-duga, ternyata di semester 2 kami menjadi teman sekelas dan kami memang belum saling kenal mungkin karena sama-sama cuek, bahkan saat itu aku tidak tahu kalau yang namanya Ida adalah dia. Aku juga malu-malu kalau harus ngmong sama dia. Pertama aku berani kenalan sama Ida adalah karena dia meminjam laptop milikku. Sejak saat itu juga aku sering melihatnya, dan memandanginya walaupun curi-curi sih. Sampai suatu saat dia nyadar kalau aku suka liatin dia, itu buat aku tambah malu tapi aku suka. Aku tidak tahu kenapa sekarang aku malah suka, entah rasanya ada rasa suka dan senang saja saat aku liatin dia apalagi saat ada di deket dia.
            Tapi saat aku ingin bilang padanya kalau aku suka sama dia ternyata aku harus menahan perasaan ini. Karena ternyata dia adalah kekasih Fano, temanku. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku menyukai pacar temanku. Tapi saat aku menyukainya jujur saja aku tidak tahu kalau yang dimaksud Ida oleh Fano adalah dia. Saat itu juga aku harus patah hati sebelum menyatakan perasaan.
            Pada akhirnya aku memutuskan untuk menulis di selembar kertas “ Jujur aku menyukaimu, aku berharap suatu saat nanti kamu akan jadi milikku. Tolong tunggulah aku dan jangan berikan cintamu kepada orang lain. ADIT ”. Aku menyelipkannya pada sebuah buku di atas mejaku, dan ternyata itu adalah buku milik Ida. Aku bingung apa aku harus mengambilnya tapi aku takut kalau dia tahu aku menyukainya. Jadi, aku membiarkannya paling dia tidak akan membacanya. Tapi, beberapa saat aku mendengar mereka putus, akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan dia menerimaku, akhirnya kami berpacaran tapi satu bulan kemudian kami putus dan Ida kembali pada Fano. Mungkin semua akan baik-baik saja karena saat kami pacaran pun tidak ada orang lian yang mengetahuinya bahkan teman-teman selalu menyebut-nyebut nama Fano di depan Ida. Sejak saat itu aku memutuskan untuk pindah kelas, aku tidak mau mengganggu mereka lagi. Aku akan coba untuk menjaga jarak dan menjauh.
            5 tahun setelah kami lulus aku dengar mereka berdua sudah menikah, aku pun diundang ke acara pernikahan mereka dan aku datang karena itu adalah pernikahan temanku, yah walaupun dengar perasaan kacau. Sejak saat itu aku belum pernah suka sama cewek lain. Hal yang mengagetkan, setelah 5 bulan mereka menikah aku dengar kabar bahwa mereka sudah bercerai. Saat itu aku bertemu dengannya di reuni SMA kami, dan ternyata rasa sukaku pada Ida masih saja ada.
            Saat itu aku ingin sekali mngungkapkan perasaanku, tapi aku takut. Yang aku takutkan adalah Ida malah akan menjauhiku dan aku tahu sampai saat itu Ida masih suka sama Fano dan belum bisa move on darinya. Sejak itu kami sering bersama-sama, Ida sering datang ke klinik hewanku untuk memeriksakan kucing peliharaannya yang ia temukan di teras rumahnya, sebenarnya ia sudah memasang poster-poster agar sang pemilik kucing itu tahu dan bisa mengambil kucing itu kembali.
            Kami memang sudah sering bersama, tapi Ida dan Fano pun masih sering berkomunikasi bahkan tidak jarang mereka bertemu. Malam itu kami berdua sedang menaiki kapal untuk melihat pemandangan laut malam. Ida sakit, ternyata ia mabuk laut, tak ada obat di kapal itu. Bahkan saat aku menanyakannya pada kapten kapal yang ada hanyalah alkohol tapi ia bilang kalau minum sedikit alkohol bisa meredakan mabuk laut. Akhirnya aku memberinya pada Ida dan ia meminumnya seteguk dan benar sakitnya reda, tapi ternyata dia malah sedikit mabuk.
            Ida berkata bahwa ia masih menyukai Fano dan tidak bisa melupakannya. Aku pun menyahut perkataan Ida.
“ Bagaimana kamu bisa melupakannya kalau kamu selalu berharap suatu saat Fano akan kembali untukmu “, sahutku. Maklum saja, semua teman-teman juga sudah tahu kalau Fano akn menikah lagi.
” Kamu tidak akan pernah mengerti aku, dia adalah cinta pertamaku.”, sahutnya menggertak dan sedih.
“ Kamu salah, aku mengerti kamu karena kamu juga adalah cinta pertamaku yang sesungguhnya.”. Tiba-tiba ia memelukku, tetapi sebentar saja dan dia melepaskannya seraya berkata “ Maaf, aku tadi tidak sadar.” Dan aku menjawab, “ Sebenarnya tadi aku masih sadar.”
Sekarang aku paham makna dari tidak ada sesuatu yang harus diingat, semuanya adalah proses tentang cepat atau lambatnya sesuatu dilupakan.
            Setelah kejadian itu kami pun pulang kerumah masing-masing tapi kami bertemu lagi di bukit taman. Entah dalam beberapa hari itu, tapi dia seperti memancingku untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya tapi aku tidak punya keberanian lagi aku takut ia akan menolaknya dan itu berarti aku tidak punya kesempatan lagi untuk mengejarnya. Saat itu aku bebincang-bincang dengannya.
“ Adit, kamu tahu. Aku tidak tahu bagaimana harus melupakannya.“, kata Ida.
“ Tidak ada yang perlu dilupakan. Seperti aku, aku tidak perlu melupakan untuk menemukan cinta yang baru. Bedanya adalah cinta baruku selalu dengan orang yang sama, yaitu kamu Mai.”, sahutku dan ia tersenyum padaku.
            Senyum manis itu selalu mengingatkanku betapa aku menyukainya dan takut mengungkapkan dan takut ia akan menjauh karena aku tahu dia adalah kekasih temanku, maksudku mantan kekasih temanku lebih tepatnya mantan istrinya. Setelah itu kami sering bersama, melakukan hal yang menyenangkan dan lucu dengan Mabay, kucing peliharaannnya yang sering dibawa ke klinikku, hehe. Aku tidak tahu kalau ternyata dia sudah membaca selembar kertas yang dulu aku selipkan pada bukunya kemarin, itu membuatku salah tingkah dan malu.
            Ketika itu aku sedang membaca poster-poster yang ditempelkannya mengenai si Mabay agar pemiliknya mengambilnya.
” Aku rasa aku tahu kenapa tidak ada orang yang mengambil Mabay, itu karena kamu salah menulis informasi tentang kucing ini, seharusnya kamu menuliskan kalau warna rambutnya putih krem bukan putih polos. Sebaiknya kamu turunkan saja semua poster yang sudah kamu tempel.”, kataku pada Ida.
“ Aku tahu dan sebelum kamu mengatakan itu padaku aku sudah menurunkan semua poster-posternya.”, sambil menunjukkan semua poster di tasnya dan tersenyum kepadaku.
Beberapa saat kemudian Ida berkata lagi padaku.
“ ehm... Adit, apakah kamu tahu. Mungkin Mabay kini sudah melupakan pemilik lamanya dan sekarang ia sudah menemukan siapa pemilik barunya dan ia mungkin lebih bahagia sekarang, ya.. tentu saja dengan mami Ida, hehehe... iya kan Mabay?”
“ Bagaimana dengan papi Adit.” Sahutku cepat sambil sedikit tersenyum padanya.
            Beberapa saat itu kami saling menatap dan tersenyum. Cinta memang seperti permainan tali yang putus-nyambung-putus-nyambung dalam permainan sulap. Sebaik apapun cinta itu dibina suatu saat bisa putus. Kemudian dia mencari ke kanan mencari ke kiri, naymbung di kanan, putus lalu nyambung ke kiri dan akhir-akhirnya putus lagi. Kecuali suatu saat dia menemukan orang yang cocok dan sangat ia sukai maka cinta itu akan tersambung kembali.

            Jujur saja, sebenarnya sampai saat ini aku masih menyukai Ida, dan sepertinya kini Ida juga mulai menyukaiku. Meskipun begitu aku masih tetap belum berani mengungkapkan perasaanku lagi, aku takut Ida akan hilang. Aku benar-benar mencintainya dan aku berharap suatu saat aku berhasil mendapatkannya, yah.. aku benar-benar berharap ia akan kembali kepadaku. Satu hal yang ingin aku ucapkan dan aku juga baru tahu kalau ternyata dia juga ingin mengucapkan hal yang sama. Satu kalimat itu adalah “ Aku mencintaimu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar