Best Delay Lover
Story
Oleh : Aditya Bayu Anggara
Ada
rasa aneh terasa, seketika saat aku bertemu kembali dengan orang yang sangat
aku sukai di reuni SMA ini. Namanya Ida, dulu aku sangat suka padanya.
Sayangnya, mungkin ia tak akan pernah memilihku dan perasaan ini mungkin juga
cuma aku simpan saja. Dan mungkin juga itu sebabnya teman-teman mengataiku
tidak pernah menyukai cewek karena sampai saat ini aku belum punya pendamping,
hehehe.
Teringat
saat dulu aku melihatnya. Sebenarnya saat pertama tahu dia, aku tidak punya
perasaan suka padanya malah mungkin yang ada adalah rasa kurang suka. Saat itu
aku masih duduk di kelas X, aku menganggap Ida adalah anak cewek yang sombong
dan sok, padahal kesan pertama nggak cantik-cantik banget deh. Dia suka lewat
sliwar-sliwer nglewatin aku sama temen-temen yang lagi nongkrong di depan kelas
tanpa bilang permisi atau apalah. Maklum dia anak kelas sebelah jadi sering
lewat depan kelasku.
Hal
yang tidak aku duga-duga, ternyata di semester 2 kami menjadi teman sekelas dan
kami memang belum saling kenal mungkin karena sama-sama cuek, bahkan saat itu
aku tidak tahu kalau yang namanya Ida adalah dia. Aku juga malu-malu kalau
harus ngmong sama dia. Pertama aku berani kenalan sama Ida adalah karena dia
meminjam laptop milikku. Sejak saat itu juga aku sering melihatnya, dan memandanginya
walaupun curi-curi sih. Sampai suatu saat dia nyadar kalau aku suka liatin dia,
itu buat aku tambah malu tapi aku suka. Aku tidak tahu kenapa sekarang aku
malah suka, entah rasanya ada rasa suka dan senang saja saat aku liatin dia
apalagi saat ada di deket dia.
Tapi
saat aku ingin bilang padanya kalau aku suka sama dia ternyata aku harus
menahan perasaan ini. Karena ternyata dia adalah kekasih Fano, temanku. Aku
bingung apa yang harus aku lakukan, aku menyukai pacar temanku. Tapi saat aku
menyukainya jujur saja aku tidak tahu kalau yang dimaksud Ida oleh Fano adalah
dia. Saat itu juga aku harus patah hati sebelum menyatakan perasaan.
Pada
akhirnya aku memutuskan untuk menulis di selembar kertas “ Jujur aku
menyukaimu, aku berharap suatu saat nanti kamu akan jadi milikku. Tolong
tunggulah aku dan jangan berikan cintamu kepada orang lain. ADIT ”. Aku
menyelipkannya pada sebuah buku di atas mejaku, dan ternyata itu adalah buku
milik Ida. Aku bingung apa aku harus mengambilnya tapi aku takut kalau dia tahu
aku menyukainya. Jadi, aku membiarkannya paling dia tidak akan membacanya.
Tapi, beberapa saat aku mendengar mereka putus, akhirnya aku memberanikan diri
untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan dia menerimaku, akhirnya kami
berpacaran tapi satu bulan kemudian kami putus dan Ida kembali pada Fano.
Mungkin semua akan baik-baik saja karena saat kami pacaran pun tidak ada orang
lian yang mengetahuinya bahkan teman-teman selalu menyebut-nyebut nama Fano di
depan Ida. Sejak saat itu aku memutuskan untuk pindah kelas, aku tidak mau
mengganggu mereka lagi. Aku akan coba untuk menjaga jarak dan menjauh.
5
tahun setelah kami lulus aku dengar mereka berdua sudah menikah, aku pun
diundang ke acara pernikahan mereka dan aku datang karena itu adalah pernikahan
temanku, yah walaupun dengar perasaan kacau. Sejak saat itu aku belum pernah
suka sama cewek lain. Hal yang mengagetkan, setelah 5 bulan mereka menikah aku
dengar kabar bahwa mereka sudah bercerai. Saat itu aku bertemu dengannya di
reuni SMA kami, dan ternyata rasa sukaku pada Ida masih saja ada.
Saat
itu aku ingin sekali mngungkapkan perasaanku, tapi aku takut. Yang aku takutkan
adalah Ida malah akan menjauhiku dan aku tahu sampai saat itu Ida masih suka
sama Fano dan belum bisa move on darinya. Sejak itu kami sering bersama-sama,
Ida sering datang ke klinik hewanku untuk memeriksakan kucing peliharaannya
yang ia temukan di teras rumahnya, sebenarnya ia sudah memasang poster-poster
agar sang pemilik kucing itu tahu dan bisa mengambil kucing itu kembali.
Kami
memang sudah sering bersama, tapi Ida dan Fano pun masih sering berkomunikasi
bahkan tidak jarang mereka bertemu. Malam itu kami berdua sedang menaiki kapal
untuk melihat pemandangan laut malam. Ida sakit, ternyata ia mabuk laut, tak
ada obat di kapal itu. Bahkan saat aku menanyakannya pada kapten kapal yang ada
hanyalah alkohol tapi ia bilang kalau minum sedikit alkohol bisa meredakan
mabuk laut. Akhirnya aku memberinya pada Ida dan ia meminumnya seteguk dan
benar sakitnya reda, tapi ternyata dia malah sedikit mabuk.
Ida
berkata bahwa ia masih menyukai Fano dan tidak bisa melupakannya. Aku pun
menyahut perkataan Ida.
“ Bagaimana kamu bisa melupakannya kalau kamu selalu
berharap suatu saat Fano akan kembali untukmu “, sahutku. Maklum saja, semua
teman-teman juga sudah tahu kalau Fano akn menikah lagi.
” Kamu tidak akan pernah mengerti aku, dia adalah
cinta pertamaku.”, sahutnya menggertak dan sedih.
“ Kamu salah, aku mengerti kamu karena kamu juga
adalah cinta pertamaku yang sesungguhnya.”. Tiba-tiba ia memelukku, tetapi
sebentar saja dan dia melepaskannya seraya berkata “ Maaf, aku tadi tidak
sadar.” Dan aku menjawab, “ Sebenarnya tadi aku masih sadar.”
Sekarang aku paham makna dari tidak ada sesuatu yang
harus diingat, semuanya adalah proses tentang cepat atau lambatnya sesuatu
dilupakan.
Setelah
kejadian itu kami pun pulang kerumah masing-masing tapi kami bertemu lagi di
bukit taman. Entah dalam beberapa hari itu, tapi dia seperti memancingku untuk
mengungkapkan perasaanku kepadanya tapi aku tidak punya keberanian lagi aku
takut ia akan menolaknya dan itu berarti aku tidak punya kesempatan lagi untuk
mengejarnya. Saat itu aku bebincang-bincang dengannya.
“ Adit, kamu tahu. Aku tidak tahu bagaimana harus
melupakannya.“, kata Ida.
“ Tidak ada yang perlu dilupakan. Seperti aku, aku
tidak perlu melupakan untuk menemukan cinta yang baru. Bedanya adalah cinta
baruku selalu dengan orang yang sama, yaitu kamu Mai.”, sahutku dan ia
tersenyum padaku.
Senyum
manis itu selalu mengingatkanku betapa aku menyukainya dan takut mengungkapkan
dan takut ia akan menjauh karena aku tahu dia adalah kekasih temanku, maksudku
mantan kekasih temanku lebih tepatnya mantan istrinya. Setelah itu kami sering
bersama, melakukan hal yang menyenangkan dan lucu dengan Mabay, kucing peliharaannnya
yang sering dibawa ke klinikku, hehe. Aku tidak tahu kalau ternyata dia sudah
membaca selembar kertas yang dulu aku selipkan pada bukunya kemarin, itu
membuatku salah tingkah dan malu.
Ketika
itu aku sedang membaca poster-poster yang ditempelkannya mengenai si Mabay agar
pemiliknya mengambilnya.
” Aku rasa aku tahu kenapa tidak ada orang yang
mengambil Mabay, itu karena kamu salah menulis informasi tentang kucing ini,
seharusnya kamu menuliskan kalau warna rambutnya putih krem bukan putih polos.
Sebaiknya kamu turunkan saja semua poster yang sudah kamu tempel.”, kataku pada
Ida.
“ Aku tahu dan sebelum kamu mengatakan itu padaku
aku sudah menurunkan semua poster-posternya.”, sambil menunjukkan semua poster
di tasnya dan tersenyum kepadaku.
Beberapa saat kemudian Ida berkata lagi padaku.
“ ehm... Adit, apakah kamu tahu. Mungkin Mabay kini
sudah melupakan pemilik lamanya dan sekarang ia sudah menemukan siapa pemilik
barunya dan ia mungkin lebih bahagia sekarang, ya.. tentu saja dengan mami Ida,
hehehe... iya kan Mabay?”
“ Bagaimana dengan papi Adit.” Sahutku cepat sambil
sedikit tersenyum padanya.
Beberapa
saat itu kami saling menatap dan tersenyum. Cinta memang seperti permainan tali
yang putus-nyambung-putus-nyambung dalam permainan sulap. Sebaik apapun cinta
itu dibina suatu saat bisa putus. Kemudian dia mencari ke kanan mencari ke
kiri, naymbung di kanan, putus lalu nyambung ke kiri dan akhir-akhirnya putus
lagi. Kecuali suatu saat dia menemukan orang yang cocok dan sangat ia sukai
maka cinta itu akan tersambung kembali.
Jujur
saja, sebenarnya sampai saat ini aku masih menyukai Ida, dan sepertinya kini
Ida juga mulai menyukaiku. Meskipun begitu aku masih tetap belum berani
mengungkapkan perasaanku lagi, aku takut Ida akan hilang. Aku benar-benar
mencintainya dan aku berharap suatu saat aku berhasil mendapatkannya, yah.. aku
benar-benar berharap ia akan kembali kepadaku. Satu hal yang ingin aku ucapkan
dan aku juga baru tahu kalau ternyata dia juga ingin mengucapkan hal yang sama.
Satu kalimat itu adalah “ Aku mencintaimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar