Selasa, 09 April 2013

Sweet Angel Memory ( cerpen pertama saya )

Sweet Angel Memory
Karya : Aditya Bayu Anggara
      Masih teringat jelas dibenakku, masa-masa mulai mengenalmu kala putih biru. Pada awal MOPDB, tepatnya persiapan untuk upacara pembukaan MOPDB diawal aku masuk SMP. Kala itu ibu guru sedang memilih dua anak perwakilan sebagai simbolis di upacara itu. Telah dipilih dua siswa laki-laki dan perempuan, yang keduanya... ya, sama-sama tak kukenal. Saat latihan upacara berlangsung, anak laki-laki itu ternyata tak bisa PBB, tentu terpaksa harus diganti. Dipilih seorang siswa lagi, tapiiii, ternyata sama saja. Setelah gonta-ganti siswa, kurang lebih tiga kali ibu guru terlihat bingung seraya berkata “Siapa yang bisa dan berani menjadi perwkakilan simbolis acungkan jari...!!!”
      Tak tau apa maksud teman-temanku, mereka menunjukku dan mengatakan “ Bayu bu, Bayu, Bayu....”. eh, bu guru malah beneran menghampiri kearahku dan menyuruhku maju kedepan. Penuh gugup aku berkata “ tid... ti.. tidak bu, tidak.. saya tidak bisa, bukan saya bu”. “Ah ayo dicoba dulu”, katanya. Sampai akhirnya akulah yang terpilih untuk menjaadi perwakilan simbolis pada MOPDB itu, bersama siswi cantik yang tak kukenal itu tentunya.
      Setelah itu, hari-hariku berjalan seperti biasa, jadi anak pendiam tapi suka bercanda. Aku sering berpapasan dengan cewek itu, tapi aku hanya diam saja, wajarnya memang belum saling kenal bahkan nama saja aku tak tau. Aku dikenal oleh teman-temanku sebagai anak yang pandai, yah... jadi anak pinter itu sebenernya ada enak gak enaknya juga sich, karena kadang-kadang ada orang yang salah menafsirkan tindakanku yang cenderung pendiem dan dingin sampai mengira aku sombong dan menantangku berkelahi. Baru awal masuk saja udah pukul-pukulan.
      Tak terasa setahun berlalu, aku dipaksa teman, kakak-kakak OSIS, dan guruku untuk mengikuti filtrasi OSIS, berat hati.. akhirnya kuikuti juga filtrasi itu, yah, walaupun tanpa niat yang jelas atau bahkan bisa dikatakan gak punya niat. Ups, ternyata disana ada cewek yang dulu lagi. “Para peserta silakan memperkenalkan diri!” kata pak guru pembina OSIS. Dimulai dari aku “nama saya Bayu, dan bla bla blaa....”. sampai pada gilirannya dan aku baru rau kalau namanya adalah Angel.
      Pada filtrasi itu akhirnya dimenangkan oleh si Angel, seperti peraturan ia boleh pilih siapa saja untuk menjadi wakilnya, dan rekan-rekan kerjanya. Hal yang tak kusangka, ternyata ia akan memilihku menjadi wakilnya. Aku sich mau-mau aja, dan teteep.. dengan sikap yang masih cuek.
      Lama-kelamaan karena sering bekerjasama dengannya aku mulai tertarik dan ada sedikit rasa padanya.ia terlihat semakin cantik saja. Ternyata ia penyuka musik, sama sepertiku dan sikap percaya dirinya yang tinggi itu membuatku terpesona, ditambah, teman-temanku yang sering mengompori kami saat kami sedang bekerja bersama dengan menjodoh-jodohkanku dengannya, membuatku salah tingkah saja.
      Menjelang semester dua di kelas VIII berakhir, dia memberitahuku bahwa sabtu minggu ini juga ia akan pindah ke Jakarta ikut kedua orang tuanya dan bersekolah disana. Saat Angel bilang itu seperti ada bagian yang tiba-tiba berkurang dalam hidupku. Padahal aku mulai suka padanya tapi kenapa ia harus pindah, kenapa harus Jakarta.. kenapa.........  kata-kata itu begitu saja terlintas dibenakku.
      Esok harinya, Angel berangkat ke Jakarta bersama orang tuanya. Aku dan sahabatku, Ferdi mengantarnya sampai ke Bandara di Semarang tentu saja nebeng dengan Om Jordy omnya Angel sampai ke Pati, lalu kami pulang kerumah mengayuh sepeda kami. Aku pulang dengan perasaan tak karuan, sampai dikamar kunyalakan musik dengan keras, sampai ibu masuk kekamarku dan memarahiku karena aku masih memakai sepatu yang kotor, belum ganti baju lagi, dan disuruhnya untuk segera mengerjakan PRku.
      3,5 tahun usai berlalu. Sekarang aku sudah kelas XII di SMA N 1 Pati. Malam ini sedang ada pentas seni kakak alumni di lapangan sekolah, aku menontonnya bersama sahabatku Ferdi. Tapi karena ia kurang tertarik ia mengajakkku pulang. Saat pulang itulah kami melihat gadis yang cantik dan manis sekali yang sekilas membuat kami terpesona, walaupun tampak kurang jelas dari kejauhan.
      Keesokan harinya, seperti biasa walau aku terkenal pandai tapi aku masih kekanak-kanakan. Saat itu aku sedang bermain kartu Yu-Gi-Oh bersama sahabatku Ferdi dan Huda, permainan yang seharusnya dimainkan oleh anak kecil. Tiba-tiba Refa masuk dan menghampiri kami, cowok yang satu ini selalu sekelas denganku sejak SMP dan aku tak mengerti karena dia selalu tau apa saja. Dia berkata padaku “Hai kawan, ada murid pindahan yang sangat cantik”. “Kau tak lihat aku sedang sibuk, lagi pula mana ada murid pindahan di semester akhir seperti ini”, kata Ferdi.”Ayolah, kalian sudah dewasa, tak pantas bermain kartu lagi. Aku yakin kalau kalian melihat dia kalian pasti akan terpesona” sahut Refa. “Baiklah, tapi kalau tidak akan kupukul kepalamu”.
      Kami pergi kelapangan basket untuk berkenalan dengan gadis itu. Refa memanggilnya dan saat ia memalingkan badan kearah kami, aku merasa seperti aku mengenalnya, “Angel” tiba-tiba keluar dari mulutku. Dan ternyata itu benar Angel, dan ia masih mengenali ku. Itu membuatku salah tingkah ditambah lagi Refa yang bilang “Ya, betul sekali. Ternyata kau masih mengenalinya, dia yang dulu suka padamu kan?”. “Apa-apaan sih”, kataku sambil tersipu malu dan salah tingkah.
      Semenjak ia pindah kesini kami sering bertemu dan bermain bersama. Dan aku tak tau, perasaan ini masih sama seperti dulu. Ternyata aku suka padanya. Sempat aku ingin mengungkapkan perasaan ini, tapi aku takut kalau ia akan menolakku dan aku tak bisa mengejarnya lagi. Jadi, aku lebih memilih tak mengungkapkannya dan tetap untuk mengejarnya.
      Sampai pada suatu hari setelah pengumuman ujian nasional usai dan kami semua lulus bersama. Sebenarnya ada suatu hal, kalau aku, Ferdi dan juga Refa sama-sama menyukai Angel. Aku tak terlalu kaget mendengar itu, karena mereka memang sering mencoba mendekati dan menggoda Angel, dan kami saling tahu kalau kami sama-sama menyukai Angel tapi Angel tidak terlau merespon mereka berdua.
      Hari itu hari yang dingin, disiang hari itu kami jalan berdua. Kami membuat balon terbang kecil yang berisi tulisan tentang perasaan kami. Aku menulis “ Tuhan, aku suka kepada Angel, akankah Angel menerima cintaku, dan berpacaran denganku dan kelak kami akan bersama selamanya?” sambil membacanya dengan sengaja agar Angel tahu dan mendengarnya. Angel pun menuliskan perasaan tentang jawabannya, tapi saat Angel akan membacanya aku mengatakan suatu hal padanya “Tidak perlu dijawab sekarang, lagipula aku belum ingin tahu jawabannya sekarang.”. Ia berkata “Apa kamu yakin tidak ingin tahu jawabannya sekarang?”. “Ya, aku takut kamu menolakku dan aku tidak bisa mengejarmu lagi, padahal aku mencintaimu dan akan selalu megejarmu sampai suatu hari kita berdua akan benar-benar bersama.”. Angel hanya tersenyum dan setelah itu kami berdua pulang kerumah masing-masing dan aku memang tidak tau tentang apa jawabannya pada perasaanku.
      Usai saat itu, kami sering jalan berdua, bersama, bahagia dan senang layaknya dua orang yang berpacaran walaupun kami belum pacaran. Sampai akhirnya kami kuliah di kampus yang berbeda dan jauh. Tapi tiap malam aku selalu menelponnya, kadang hingga larut malam dan aku sering mengatakan kalau aku mencintainya.
      Hingga kekanak-kanakkanku muncul kembali. Malam itu aku sengaja membuat turnamen bela diri di asramaku. Aku mengundang semua penghuni asrama untuk mengikuti pertandinganku. Setelah itu aku telpon Angel untuk datang melihatku mengalahkan mereka semua, tapi Angel melarangku untuk melakukan pertandingan dan membatalkan turnamen yang aku buat. Ia melarangku karena ia khawatir akan terjadi apa-apa kepadaku. Dengan sifat kekanak-kanakanku, aku memaksanya untuk menyaksikan pertandinganku dan kuakhiri telponku begitu saja lalu aku mulai pergi ke tempat turnamen itu kuadakan.
      Aku mengira semua penghuni asrama adalah anak rumahan yang lemah, tapi anggapanku salah. Disana ada atlit pencak silat sabuk kuning, sementara aku masih sabuk putih. Pertama-tama ia tampak tak sungguh-sungguh, tapi aku membuat ia marah dan bersungguh-sungguh karena memukulnya sampai berdarah.  Hingga akhirnya aku dihajarnya habis-habisan, dan saat aku hampir kalah dan tergeletak datanglah Angel, aku mengira ia datang untuk mendukungku hingga aku bangkit dan melanjutkan pertandingan, tapi ia malah pergi lagi. Akhirnya aku kalah dalam pertandingan itu.
      Aku mengejar Angel yang meninggalkanku begitu saja. Ternyata ia tidak suka aku bertanding dan ia memarahiku. Sementara aku selalu menegaskan kalau aku menyukai pertandingan itu sampai-sampai dia mengatakan kalau aku kekanak-kanakkan dan egois. Hingga akhirnya aku pergi meninggalkannya sambil berkata “Ya, kau benar aku memang kekanak-kanakan”. “Kau bodoh!” katanya. “Ya, aku memang bodoh, sangat bodoh hingga bisa mengejarmu selama ini!”. Semenjak saat itu tak ada komunikasi lagi antara kami. 2,5 tahun berlalu sudah, ketika itu terjadi gempa yang besar terasa sampai tempat asramaku yang bersumber pada kota tempat Angel tinggal, hingga semua sinyal komunikasi hilang. Aku berlari mencari sinyal dan menelfonnya, karena aku takut terjadi apa-apa padanya. Sejak itulah kami mulai berdua saling berkomunikasi lagi.
      Kami berdua berhubungan baik seperti dulu lagi. Hingga suatu saat ia menelponku dan mengatakan ia sangat bahagia dan akulah orang yang pertama diberitahunya. Tak kusangka ia mengatakan ia akan menikah satu minggu lagi dan aku diundangnya. Aku datang ke pestanya bersama Ferdy dan Refa.
      Saat pengantin wanita keluar, kami menyapanya dan dia terlihat sangat cantik sekali. Aku hanya bisa menyesal dan aku baru tahu bahwa jawaban saat aku mengajaknya pacaran saat menulisnya di balon udara adalah “Aku juga mencintaimu, dan aku mau menjadi pacarmu. Mari berpacaran.”.
      Hal yang unik saat itu, kami minta izin kepada pengantin laki-laki untuk mencium pengantin wanita untuk yang terakhir kalinya. Yah, itulah candaan kami, kami bercanda seperti dulu lagi. Dan aku tidak tahu tentang perasaan ini, seharusnya aku kecewa, marah dan menyesal melihat mereka menikah. Aku senang anggapanku salah. Dan aku mulai mengerti pada saat itu bahwa seseorang yang benar-benar mencintai orang yang dicintainya akan rela melakukan apa saja untuk orang itu dan ia akan bahagia melihat orang yang dicintainya bahagia walau tak bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar