Jumat, 12 Juli 2013

Keistimewaan Bulan Ramadhan Oleh : Aditya Bayu Anggara



Keistimewaan Bulan Ramadhan


Oleh : Aditya Bayu Anggara






Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil aalamina wassholatu wassalamu alaa ashrofil ambiya i wal mursalina wa alaa alihi washohbihii ajma’ina amma ba’du


Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga sampai saat ini kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal afiyat.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat berdiri disini untuk menyampaikan sedikit tausiah mengenai keistimewaan Bulan Ramadhan.


Kawan-kawan muslimin muslimah yang berbahagia, sekarang, kita sedang berada di satu bulan dimana bulan ini adalah bulan yang sangat istimewa yang bernama Bulan Ramadhan. Bila selama ini, di sebelas bulan yang lainnya lebih memilih kenikmatan dunia. Lho, ini sudah nas kata Al-Qur’an


bal thu’ siruu nal khayaa taddunya, merata semua orang seperti itu lebih mengejar kenikmatan dunia, kebahagiaan dunia. Tidak mau mengangan-angan yang lebih dalam wal aakhiratu khoiru wa abqaa, akhirat itu lebih baik dan akhirat itu lebih langgeng.


Di Bulan Ramadhan ini adalah momentum yang sangat tepat, momentum emas untuk kita memperbaiki agar terjadi keseimbangan antara dunia dan akhirat. Karena di sebelas bulan-bulan yang lain, ayo dijawab, kita semua ini pahala dan dosanya banyak mana?


Alhamdulillah jujur-jujur, nah terus kalau orang yang lebih banyak dosanya daripada akhiratnya itu akan masuk dimana?


Loh, kok berani kalian. Dari wajahnya kayaknya kok sudah siap gitu.


Nah, Ramadhan satu bulan jangan sampai dunianya mengalahkan akhiratnya, sementara waktu satu bulan ini dunia dikesampingkan. Supaya imbang, kok bisa begitu? Ya bisa karena di bulan Ramadhan itu bonus dari Gusti Allah itu luar biasa. Puasa sehari lebih baik daripada seribu hari, anda bertasbih sekali samadengan bertasbih seribu kali. Intinya amal sekali diganjar seribu kali, kita shalat jamaah sekali sama dengan jamaah seribu kali, khatam Qur’an sekali sama dengan khatam seribu kali, nah kapan kita bisa khatam Al-Qur’an seribu kali kalau tidak di bulan Ramadhan. Shodaqah seribu sama dengan satu juta, sepuluh ribu sama dengan sepuluh juta. Anda shadaqah pisang goreng satu, dilemparkan orang darusan, klotak nimpa kepalanya, hehehe sama dengan shadaqah pisang goreng seribu. Masya Allah shadaqah satu kali dilipat gandakan seribu kali. Sudah begitu masih dikasih malam yang namanya malam Lailatul Qadar, yang mana satu malam nilainya Khoirun min alfi syahrin, lebih baik daripada seribu bulan. Seribu bulan itu kalau dihitung 83 tahun lebih 4 bulan. Jadi seumpama ummat Nabi Muhammad ini selama hidupnya mendapatkan Lailatul Qadar 10 kali saja sama dengan ibadah 840 tahun full ndak kepotong makan, minum, buang air, tidur dan sebagainya. Alhamdulillah.


Cuma, maaf kawan-kawan Ramadhan ini bahagia tapi juga dibarengi prihatin. Karena ada qaidah tadho aafatissyaiyyiah kamaa tadho aafatil khasanat, kalau amal baik pahalanya dilipatgandakan amal jelek dosanya juga dilipatgandakan. Hati-hati, nyolong sekali sama dengan nyolong seribu kali, ngrasani sekali sama dengan seribu kali. Nah, ini temen-temen akhwat gimana? Ramadhan ini program gremeng-gremeng dan rasan-rasannya dihentikan atau diteruskan? Haha. Maka dari itu hati-hati, karena kalau salah malah bisa jadi membesarkan dosa.


Ketimbang tidak bisa mejalani ibadah, dalam tanda petik melakukan maksiat lebih baik tidur. Sampai kanjeng nabi dawuh hadist yang lucu hadist ini ndak laku kalau ndak di builan Ramadhan, yang bunyinya. Naumusshooimii ibadatun tidurnya orang puasa itu ibadah. Padahal kan aslinya tidur itu jelek sekali kan kawan-kawan? Bayangkan orang tidur dan orang mati tidak jauh berbeda, lho tidur itu kan membuang umur, liat saja secantik apapun wanita kalau tidur terlihat jelek, seganteng apapun laki-laki kalau tidur kan jelek. Kalau bukan butuh maka tidak tega untuk tidur karena saking jeleknya. Makanya katanya imam Ghazali, tidur itu menyerupai mati, tidur dan mati itu masih batih mirip-mirip tidak jauh berbeda. Makanya kalau ada orang kerjaannya tidar-tidur itu sudah kepengen cepetan mati, hehe. Orang tidur itu ndak hidup ndak mati. Diarani urip wes gak lapo-lapo diarani mati gaene ngentekno opo-opo. Makanya orang tidur itu ndak hidup ndak mati laa yah muutu walaa yahyaa ra bermutu ngentekno biaya.


Nah, gitu aja kalau bulan puasa sudah dihitung ibadah daripada melek mrawasno dosa. Opomeneh nek gelem melek kanggo ibadah, itu akan lebih baik. Maka dari itu kita harus berhati-hati di Bulan Ramadhan. 


Kalau kita mau berhati-hati selama bulan Ramadhan, selesai dari Bulan Ramadhan insyaAllah kita semua yang ada disini termasuk dalam jumlah minal aidzin wal faidzin. Diberikan piala akbar oleh Gusti Allah yang bernama Iedul Fitri. Riaya itu namanya Iedul Fitri. Kembali fitrah, itu bahasa arab teman-teman Iedul berarti kembali, Fitri berarti fitrah, suci. Beda dengan bahasa Pati, nek bahasa Pati, ‘Iedul kuwi rono (arah selatan), nek rono kuwi ‘Ietan (arah timur), enk rono ‘Ialor (utara), ronone ‘Uulon (barat).


Kembali ke fitrah, fitrah yang pertama itu suci, kok bisa suci? Suci dari dosa, dosanya habis. Yang kedua, fitrah itu natural, bawaan. Seperti fitrah seorang wanita itu melahirkan anak, sifat yang melekat. Yang ketiga, fitrah itu artinya baik dan benar. Yo apik yo bener, niki fitrah. Apik gak bener dudu fitrah, bener gak apik dudu fitrah. Kawan-kawan, barang baik belum tentu benar, barang benar belum tentu baik.


Ada yang baik tapi ndak benar, semua orang mengatakan shadaqah itu baik. Anda punya durian dishadaqahkan ke tetangga, tapi caranya shodaqah dilemparkan kemukanya, disawatke nek raine, iki apik tapi gak bener. Shalat, apik, ada anak SMA N 1 Pati rajinnya ndak terhitung shalat Dzuhur 17 rakaat, ngeniki apik tapi mboten bener.


Ada juga yang benar tapi tidak baik. Anda berjalan diluar, ada bapak-bapak yang tanya:


Koh ndi le?


Koh wetan.


Lha ape rendi?


Yo ape ngulon.


Ini ya benar, orang memang dari timur mau ke barat, tapi gak apek, nggatelno ati. Orang ketemu orang ditanya bener-bener:


Pak, omah sampeyan ndi pak?


Omahku? Gak tak gowo.


Loh benerkan? Kalau dibawa itu bekicot, ini benar tapi tidak baik, nglarakno ati. Ada lagi yang tanya:


Eh yang kamu nikahi itu anaknya siapa?


Anake wong.


Itu kan ndak baguskan? Nah fitrah disini ya bener ya baik. Iedul Fitri kembali fitrah menjadi manusia yang manusiawi. Soale kenapa teman-teman, karena manusia itu perpaduan antara unsur malaikat dan unsur khayawan. Yang unsur hewan dada kebawah yang unsur malaikat dada keatas. Yang dinamakan kemanusiaan itu dada keatas yang kebawah itu kebinatangan. Karena apa? Di dada ada hati untuk dzikir di kepala ada akal untuk mikir. Maka dari itu yang dikatakan dengan manusia yang manusiawi adalah manusia yang mampu menggunakan dada keatas, menonjolkan dada keatas untuk mengatur dada kebawah.


Kalau dada kebawah, organ tubuh manusia dan hewan ndak ada bedanya. Manusia punya perut kambing punya perut, manusia punya bokong kambing punya bokong, manusia punya pusar kambing punya pusar, manusia punya itu kambing punya juga, dan lain sebagainya ndak ada bedanya. Maka manusia yang tidak mau menggunakan dada keatas tapi malah menuruti dada kebawah regane larang wedhuse. Karena orang yang tidak mau menggunakan hati dan akalnya diarani wong gendeng. Teman-teman orang itu kalau sudah gila regane, harganya mahal hewannya. Ayo mahal mana orang gila sama sapi gila, ya mahal sapinya.


Ono wong duwe sapi gendheng ucul wonge berok-berok “Pengumuman sapiku gendeng ucul, sopo sing iso nyekel ngenekno pek’en” gembruduk wong sak kampung teko kabeh pengen ngenekno sapi gendeng seng ucul, kenek, dipek tenan sapine. Sak klawarane sak klintingane pek kabeh.


Terus ono wong duwe pak lek gendeng ucul, nah ponakane berok-berok “Pengumuman pak lekku sing gendeng ucul, angel cekelane buntute merga buntute nek ngarep atek ndek pisan, sopo sing iso nyekel ngenekno pek’en sak katok-katoke” wong sak kampung sithok ae gak ono seng moro.


Ayok sama-sama disuruh memilih, sama-sama dibayar lima ratus ribu seminggu lebih milih mengurus kambing besar tapi agak stres apa orang yang ganteng besar tapi stres. Nah, maka dari itu kalau manusia tidak mau menggunakan akal dan hatinya harganya mahalan hewan.


Sedikit yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata baik yang saya sengaja maupun yang tidak sengaja bahwasannya semua kebenaran itu hanyalah milik Allah, hanyalah dari Allah SWT.


Akhirul kalam, 





Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ibadah Yang Diterima Oleh Allah Oleh : Aditya Bayu Anggara



Ibadah Yang Diterima Oleh Allah


Oleh : Aditya Bayu Anggara






Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil aalamina wassholatu wassalamu alaa ashrofil ambiya i wal mursalina wa alaa alihi washohbihii ajma’ina amma ba’du


Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga sampai saat ini kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal afiyat.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat berdiri disini untuk menyampaikan sedikit tausiah mengenai ibadah yang diterima oleh Allah SWT.


Kawan-kawan muslimin muslimah yang berbahagia, seperti apakah kiranya ibadah yang diterima oleh Allah SWT?. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa ada seseorang yang datang kepada Sayyidina Ali, bertanya.


“Wahai Ali ibadah seperti apakah yang baik itu?”


“Ibadah yang di terima oleh Allah.”


Wahai saudaraku, dai sekelumit wasiat diatas, tahukah engkau ibadah seperti apa yang diterima oleh Allah?


Sesungguhnya ibadah yang diterima oleh Allah ialah ibadahnya orang berilmu. Subhanallah, bayangkan saja pada suatu riwayat dijelaskan bahwa tidurnya orang berilmu itu lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh. Kisahnya seperti ini:


Suatu ketika ada seperanak setan, orang yang sedang tidur dan orang yang sedang shalat. Setan itu disuruh menggoda orang tersebut, namun siapakah yang digoda? Ternyata ia lebih memilih untuk menggoda orang yang sedang shalat. Ketika ditanya :


“Wahai setan kenapa engkau menggoda orang yang sedang shalat itu, bukankah lebih mudah menggoda orang yang sedang tidur itu?”


“Orang yang sedang tidur itu adalah orang alim yang berilmu aku tidak berani menggodanya sedangkan orang yang sedang shalat ini adalah orang yang bodoh.”


Itulah pentingnya berilmu, bahkan tidurnya seorang muslim yang mengerti tentang ilmu agamanya itu lebih baik daripada orang bodoh yang beribadah.


Kawan-kawanku itulah pentingnya menjadi orang berilmu. Bahkan ada kisah lagi seperti ini : 


Pada suatu ketika ada lima orang muslim yang sedang shalat. Satu menjadi imam dan empat lainnya menjadi makmum. Imam itu sudah takbir, begitu juga makmum-makmumnya. Iman ingi bergaya dengan membaca surat yang panjang bahkan bukan panjang tapi langsung ayat ditengah-tengah Al-Qur’an. Dan ternyata berhenti ditengah karena imam tersebut tidak hafal ayatnya. Dan akhirnya setelah diulang sampai tiga kali tidak nyambung-nyambung juga. Akhirnya berhentilah sebentar karena imam itu tidak tahu kalau ada yang seperti itu bisa diganti dengan surat yang lebih hafal. Kemudian makmum dibelakangnya ingin buang angin, dengan sadarnya ia kentut tapi ditahan sehingga keluarlah tanpa bunyi “cesss” lalu ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Kemudian makmum disampingnya sok tahu dan berkata dengan lirih :


“Wah siapa yang ngobos ini, baunya kok kuat banget.”


“Udahlah, lagian juga Cuma sedikit dan gak bunyi kan?”


“Itu namanya batal itu. Itu sudah batal, yang namanya kentut ngecess maupun mbobrot itu sama saja berarti kamu sudah batal!”


(Perlu diketahui semua pembicaraan ini terjadi saat masih shalat berjamaah jadi sudah ada dua orang yang batal, si kentut dan si komen).


“Heh, kalian berdua itu sama aja batal. Shalat kok ngomong terus.”, tambah lagi satu orang makmum yang batal.


“Eh, udah-udah. Nanti aja kalau mau ngasih tau, sekarang waktunya shalat gak boleh ngomong. Nanti aja habis shalat, ditahan dulu.”, tambah makmum terakhir. Dengan begini semua makmum dalam shalat berjamaah itu sudah batal. Tapi ternyata sang imam pun tertular:


“Heh.. heh.. heh.. kalian ini geger aja, shalat kok ngomong terus. Kayak aku gini lo diem dan khusyuk”, sang imam pun batal tapi mereka semua tidak tau dan terus saja melanjutkan shalatnya.


Astaghfirullahal adziim, beginilah kalau ibadah itu tidak dilandasi ilmu. Semua bisa jadi percuma, sesungguhnya orang beriman yang berilmu itu lebih baik daripada yang tidak berilmu. Ada suatu hadist, yaitu sebagai berikut:


“Man araadaddunya fa alaihi bil ilmi wa man araadal aakhirah fa alaihi bil ilmi wa man araada huma fa alaihi bil ilmi”


Artinya:


Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)






Sekarang sudah jelaslah bahwasannya ibadah yang paling baik adalah ibadah yang diterima oleh Allah dan ibadah yang diterima oleh Allah ialah ibadah yang dilandasi dengan ilmu. Oleh karena itu sebagai muslim yang baik hendaklah kita berilmu dan meningkatkan ketaqwaan kita. Karena seorang muslim hendaklah berusaha menjadi cerdas.


Sedikit tausiah yang telah saya sampaikan, semoga dapat menjadikan manfaat bagi kita, meningkatkan iman kita, aaaaamiin. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata yang saya sampaikan karena manusia itu memang banyak salahnya dan apabila ada yang benar itu adalah berkah dari Allah SWT.


Akhirul kalam, 


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.












Tanda-Tanda Orang Beriman Oleh: Aditya Bayu Anggara

Tanda-Tanda Orang Beriman
Oleh: Aditya Bayu Anggara

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil aalamina wassholatu wassalamu alaa ashrofil ambiya i wal mursalina wa alaa alihi washohbihii ajma’ina amma ba’du
            Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga sampai saat ini kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal afiyat.
            Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya dapat berdiri disini untuk menyampaikan sedikit tausiah mengenai tanda-tanda orang beriman.
            Kawan-kawan muslimin muslimah yang berbahagia,
            Gajah diburu orang karena gadingnya, rusa menjadi indah karena tanduknya, dan badak dikejar orang karena culanya. Gajah yang tak bergading, rusa yang tak bertanduk bahkan badak yang tak bercula, segera kehilangan keindahannya. Demikian kalau ini kita pindahkan kedalam nila-nilai keimanan. Orang yang beriman dikenal karena ia punya ciri, punya tanda. Apa tandanya? Al-Anfal ayat 2 dan 3 menjelaskan itu.
            Innamal mukminun...  sesungguhnya yang benar-benar dinamakan orang beriman itu. Siapa mereka?
            Pertama, alladzina idza dzukkirallahu wajilat kulubuhum. Apabila disebut nama Allah bergetar hatinya. Nama Allah sanggup menggugah jiwanya. Bagaimana ini bisa terjadi?  Dalam hidup, Allah memberikan satu hati kepada kita. Dihati yang cuma satu itu terkumpul berjuta rasa. Apa yang mengambil tempat terbesar dihati kita, itulah yang kalau disebut akan menggetarkan hati kita. Jadi kalau hati sepenuhnya, sebagian besar diisi harta, sebagian besar diisi jabatan, sebagian besar diisi dengan segala macam yang lain. Itu yang akan buat dia bergetar. Orang-orang yang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah. Nama Allah sanggup menggugah jiwanya, menggetarkan hatinya. Dari sini timbul sikap etika otonom, sekarang inipun ditekan orang,
            Hei, kamu korupsi ya?
            Biar aja.          
            Orang kan tau!
            Nggak apa-apa.
            Tuhan kan tau!
            Biarin, Tuhan tahu aja nggak ribut. Tapi kalau orang tahu, tiga orang saja tahu sudah ribut sudah geger.
            Tuhan nggak ribut katanya. Bagaimana mau menggetarkan hati seperti itu. Orang beriman sebagian besar hatinya diisi oleh Allah, sehingga saat disebut nama Allah bergetar dan pada gilirnya sanggup menggetarkan hati orang lain. Bukankah pada suatu saat ketika Rasul sedang tidur, datang orang kafir bernama Daksur menghunus pedang.
            Muhammad, kalau saya tebas batang lehermu siapa yang akan menolongmu sekarang?
Dengan tenang dan tegar Rasul menjawab : Allah yang akan menolong saya.
Mendengar nama Allah, Daksur gemetar, pedang jatuh diambil oleh Rasul.
Kalau sekarang saya balikkan pedang ini kelehermu, siapa yang akan menolongmu Daksur?
Ndak ada ya Rasul kecuali kalau kau mau memaafkan saya.
Diberikan pedang itu oleh Rasul. Jangan ulangi lagi perbuatanmu.
Dua sisi yang dapat diambil dari cerita ini. Pertama, bagaimana Rasul dengan mudah memaafkan orang yang nyata-nyata mau menghabisi jiwanya. Yang kedua, kalimat Allah yang diucapkan oleh Rasul yang batinnya bersih mampu menggetarkan hati Daksur. Menggetarkan hati orang lain.
            Yang kedua, wa idza dzuliyat alaihim ayatuhu zahadatum iimana. Orang beriman itu, kalau dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, bertambah keimanannya. Apa ayat-ayat Allah itu? Tanda-tanda Allah. Ada berapa ayat-ayat Allah itu? Ada dua. Pertama , ayat yang terucap oleh Allah, biasa kita sebut wahyu dan yang kedua, ayat yang tercipta oleh Allah yaitu alam semesta jagad raya ini. Adapun orang-orang yang beriman, melihat ayat Allah yang tercipta, membaca ayat Allah yang terucap, semakin bertambah imannya. Dia berdiri di tepi pantai, bukan main lautan luas terhampar biru membentang, ombak menghempas dari hilir ketepian. Kalau lautan saja begini hebat, apalagi yang bikin laut. Allahu Akbar, dia tidak memuji laut tapi dia memuji yang bikin itu laut. Bukan main gunung begitu tinggi menjulang ke angkasa, kalau gunung saja begini hebat, apalagi yang bikin gunung. Bukan main otak manusia, dengan ilmu dan teknologi nyaris tidak ada lagi yang menjadi rahasia dalam kehidupan ini. Kalau otak saja begini hebat, apalagi yang bikin otak. Dia tidak memuji otak, dia memuji yang bikin otak.
            Apapun yang dia saksikan, dia kembali kepada, rabbanaa maa khalaq tahadza baatila. Tuhan tidak satupun yang kau ciptakan ini yang sia-sia. Baik ayat Allah yang tercipta, alam semesta jagad raya, baik ayat Allah yang terucap, wahyu ini. Keduanya kalau dibacakan semakin menambah keimanannya. Kita pandai membaca ayat Allah yang terucap, sering kita hatam Al-Qur’an tapi kita kurang pandai dalam membaca ayat yang tercipta oleh Allah. Bumi ini ayat Allah, baca! Ada minyak, ada gas, batu bara, bagaimana membaca bumi? Pake ilmu geografi. Angkasa luar ayat Allah, baca! Bagaimana membaca angkasa luar? Dengan ilmu astronomi. Laut itu ayat Allah, ada minyak lepas pantai, ada mutiara, ada kekayaan-kekayaan didasar laut, baca! Bagaimana membacanya, pake ilmu oceanografi. Hasil dari kajian ini rabbanaa maa khalaq tahadza baatila semua yang diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia, semua ada manfaatnya. Semakin dibacakan ayat-ayat Allah kepadanya semakin bertambah keimanannya. Kajiannya kepada alam semesta makin mendekatkan dia kepada Allah SWT.
            Yang ketiga, wa alaa rabbihim ya tawakkalun orang yang beriman itu berserah diri kepada Allah. Berserah diri artinya menyerahkan apa yang telah dilakukannya itu kepada Allah. Bukan belum-belum sudah terserah Tuhan saja, terserah Tuhan saja, bukan seperti itu. Tawakal itu bukan fase pertama, fase terakhir. Bekerja sebagaimana mestinya, bekerja secara profesional, pake teknologi yang sebaik-baiknya, setelah itu baru wa alaa rabbihim ya tawakkalun berdoa, mohon kepada Allah baru berserah diri kepada Allah sepenuhnya. Kalau dia berhasil dia tidak lupa diri, kalau dia gagal dia tidak putus asa. Bukan lalu kita jadi apatis, bukan lalu kita sebelum apa-apa kita terserah Tuhan, tidak! Wa alaa rabbihim yaa tawakkalun menyerahkan segala hasil usahanya kepada Allah SWT. Dari situ dia husnudzon, baik sangka kepada Allah. Kalau gagal cuma tertunda, kalau berhasil tidak lupa daratan. Dan husnudzon ini penting sebab kalau tidak kita, buruk sangka saja kita. Saya kan shalatnya rajin tapi rejeki kok seret bener sih, saya kan puasanya nggak bolong-bolong tapi kok udah mau lebaran nggak dapet THR sih.
            Ada seorang petani, selesai bekerja diladang, tidur, istirahat dibwah pohon beringin. Disebelah pohon beringin ada pohon semangka. Sambil menerawang sambil berfikir petani ini
            ”Ah, Tuhan kok tidak adil, beringin yang pohonnya besar buahnya kecil, semangka yang pohonnya kecil buahnya besar. Tidak adil ini, Tuhan bukan arsitek ulung. Mestinya supaya enak dilihat, beringin yang pohonnya besar buahnya juga besar sebesar buah semangka, semangka yang pohonnya kecil buahnya juga kecil sekecil buah beringin, ah  tidak adil Tuhan ini.”
Baru dia selesai berfikir Tuhan itu tidak adil, jatuh sebutir buah beringin itu tepat menimpa di hidungnya. Dia terkejut, astaghfirullah hal adzim, kalau begitu Tuhan itu benar-benar adil. Coba kalau buah beringin sebesar buah semangka, barusan jatuh menimpa hidung saya kayak apa potongan saya sekarang.
            Ayok kita jujur, kita kan dalam hidup sering begitu, satu menit yang lalu dia masih berkata kalau Tuhan itu tidak adil, satu menit kemudian, dia sudah berkata Tuhan itu benar-benar adil. Ini perlunya baik sangka kepada Allah SWT dan disitulah perlunya tawakal itu.
            Yang keempat, alladziina yukimuunasshalat orang beriman itu mendirikan shalat. Selalu kata-kata shalat bergandeng dengan kata-kata akimisshalat, dirikan! Bukan kerjakan. Saya ingin berkata, maaf, banyak diantara kita yang sudah mengerjakan shalat tapi belum mendirikan shalat. Sebab, mendirikan shalat artinya, mengerjakan shalat secara benar cukup syarat rukunnya, selesai shalat diterjemahkan dalam kehidupan, jadi ada kontinuitas ada kesinambungan. Kalau sekedar mengucap, mengerjakan saja, ya selesai pekerjaan selesai. Habis shalat maksiat lagi, habis sholat pelitnya jalan terus, habis shalat sombongnya gak pernah hilang. Beda dengan mendirikan, saat shalat takbiratul ihrom tangannya diangkat pandanganmu kebawah, ini filosofi. Artinya apa? Artinya agar saat kau diatas kau tidak lupa dengan yang ada dibawah. Kau sudah kaya ingat sama yang miskin. Kau sudah berkuasa lindungi rakyat jelata, kau sudah jadi orang alim, bimbing yang awwam. Shalat, berdiri arahkan pandanganmu ketempat sujud, ini mendirikan bukan sekedar mengerjakan.
            Orang yang beriman itu punya sandaran vertikal. Ini yang penting punya sandaran vertikal kepada Allah saja. Kalau kita bersandar kepada tiang, tiangnya runtuh, roboh, kita jatuh, kalau kita bersandar ke orang kaya, orangnya jatuh miskin kita selesai, bersandar kita kepada jenderal, dia pensiun kita tamat. Orang yang beriman, alladziina yukimuunasshalat, dia hanya bersandar kepada Allah saja. Kalau hidup sudah mulai kita gantungkan kepada yang lainnnya bersiaplah untuk kecewa, berharap tentu, bergantung hanya kepada Allah.
            Yang terakhir, wa mimma razaknahum yunfikuun orang yang beriman ini menginfakkan sebagian dari harta yang diberikan oleh Allah dijalan Allah. Dijadikannya harta itu sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Diperbudaknya harta bukan dia menjadi budaknya harta. Cari uang tapi sudah dapat, hai uang kau sudah jadi milikku, kau harus jadi budakku jangan aku yang jadi budak kau uang. Cari harta, harta karena kau milikku kau harus jadi budakku jangan aku yang kau perbudak.
            Wa mimma razaknahum yunfikuun, saya ingin menekankan harta kita yang sebenarnya adalah harta yang sudah kita belanjakan dijalan Allah. Yang kita simpan di bank, kita simpan dirumah, kita simpan di saku, harta kita sementara, besok dia kan pindah menjadi milik orang lain. Tapi yang kita belanjakan di jalan Allah itulah harta kita yang sebenarnya. Mari kita renungkan berapa banyak harta kita yang akan jadi milik kita sebenarnya. Yaitu yang sudah kita belanjakan dijalan Allah.
            Sedikit tausiah yang telah saya sampaikan, semoga dapat menjadikan manfaat bagi kita, meningkatkan iman kita, aaaaamiin.
            Akhirul kalam,

            Wassalamu’alaikum Wr. Wb.