32 April
Kartini’s Error
Oleh : Aditya Bayu Anggara
Namanya
Ana, satu-satunya anak perempuan yang aku sukai di kelasku. Hari ini tanggal 15
April, ada pengumuman dari ketua kelas bahwa pada tanggal 21 April nanti akan
diadakan perayaan Hari Kartini di SMA kami. Sehinggga saat itu juga diadakan
siapa-siapa yang akan mewakili kelas kami untuk hari itu.
Suasana
kelas gaduh seketika itu, semua mengusulkan dan mengeluarkan aspirasi mereka,
kecuali 4 orang anak laki-laki yang sedang asyik di belakang bermain game sepak
bola di laptop. 4 orang itu termasuk aku. Aku pura-pura cuek tidak mendengarkan
pemutusan itu. Saat ditanya agar aku menjadi Kang Mas untuk mewakili acara itu,
aku diam saja karena aku mendengar isu bahwa Mbak Yu yang akan mewakili kelas
kami adalah Ana, jadi aku pun juga berharap seperti itu. Ternyata yang ditulis
di papan tulis itu adalan benar namaku dan namanya Ana. Sebenarnya aku senang
tapi melihat raut wajah Ana yang nampaknya tidak terlalu senang aku pura-pura
tidak mau dengan bilang, “ Apa-apaan ini, kalian belum meminta persetujuanku.
Tadi aku kan sedang main game jadi tidak mendengarkan.” Tapi apa hasilnya
mereka tetap menulis nama itu. Aku keluar kelas menuju ruang musik dengan
temanku, maklum saja saat itu sedang jam pelajaran seni. Sembari keluar,
sebenarnya aku senang dan tersenyum sendiri sambil harap-harap cemas, semoga
saja Ana mau mewakilinya denganku.
Jam
sekolah telah usai, semua siswa pulang aku pun begitu. Sesampaiku di rumah aku
menerima sms dari Ana, dan ia mau menjadi Mbak Yu dalam kontes Hari Kartini
itu. Ah... senangnya aku. Aku menjadi senyum-senyum sendiri di rumah, memang
keputusan itu juga berkat salah satu temanku yang tahu kalau aku suka sama ana,
dia nyang ngomporin temen-temen agar milih aku sama Ana yang mewakili tapi akhirnya
dia selalu mengejekku. Ya .... tak apalah, dia juga sudah membantuku. Walau aku
jadi agak malu sama teman-teman.
Semua
sudah deal dan semua persiapan ditanggung kelas. Semuanya sudah dipersiapkan
secara matang. Mulai dari pakaian, yang bertugas untuk membuat tumpeng juga
sudah membuatnya. Intinya semuanya sudah siap.
Aku
tidak tau apa yang terjadi pada diriku saat itu, tapi aku sudah tidak tahan
lagi menahan perasaanku pada Ana. Akhirnya aku katakan itu padanya. Tapi apa
yang terjadi, ternyata dia malah marah. Aku tidak tau, mungkin jawabannya
adalah tidak saat aku menyatakan itu. Alasannya hanya karena nggak enak sama
teman-teman dan ingin selamatkan nama baik aku. Meskipun aku kurang percaya
dengan alasan itu tapi rasa egoku itu malah membuat dia semakin marah padaku.
Mungkin alasan sebenarnya adalah dia tidak mau mantan pacarnya melihatnya
denganku dan mungkin dia masih menyukainya.
Semua
jadi kacau, dia nampak marah berat padaku bahkan telfonku saja tidak diangkat.
Dan ternyata dia sudah tidak mau lagi mewakili kelas, dia bilang dia tidak PD,
aku tau itu hanya alasannya saja. Aku sangat menyesal aku telah mengacaukan
semuanya. Akhirnya aku bicara baik-baik kepada teman-teman. Untunglah
teman-teman mau mengerti, pada akhirnya aku juga mengundurkan diri dan
digantikan oleh temanku. Sampai hari kontes itu pun tiba Ana tetap tidak bicara
apapun kepadaku. Kelas kami gagal mendapat juara dalam lomba itu. Ah...
menyesalnya aku mungin itu karena kebodohanku. Aku sudah mengacaukan semuanya.
Hari-hari
berlalu, Ana tetap tak mau bicara padaku. Aku tidak tahu apa salahku, apakah
karena aku bilang bahwa aku suka sama dia dan mengajaknya pacaran itu salah.
Aku baru tahu ternyata benar bahwa dia nggak enak sama mantannya yang sampai
saat ini mereka masih sering bersama dan sering bertemu. Walaupun aku cemburu,
tapi aku tidak berhak untuk itu.
Minggu
ini ayahku akan pindah keluar kota, aku ditawari apakah aku ingin pindah atau
tetap disini tinggal di rumah kakekku. Aku merasa bersalah pada Ana, aku berfikir
mungkin kalau aku pindah keadaan semua akan kembali baik-baik saja. Aku
putuskan tanpa pikir panjang untuk ikut pindah dengan ayah itu berarti aku juga
pindah sekolah. Aku ingin membicarakan ini kepada Ana tapi aku tak pernah punya
kesempatan untuk itu, tiap kali aku menghampirinya dia selalu pergi menjauh.
Aku hanya bisa menulis surat bahwa aku akan pindah tapi aku akan tetap disini
kalau dia memintanya. Semoga saja dia membacanya, aku menitipkannya pada Fia,
teman dekatnya.
“An, kenapa kamu tidak mau bicara pada Adi?”, tanya
Fia pada Ana.
“Aku tidak tau Fi, rasanya aneh. Apa dia tidak punya
akal. Aku baru saja putus dengan teman dekatnya, dan dia malah menyatakan cinta
padaku. Dia bodoh, apa dia tidak tau itu akan membuat citranya buruk di depan
teman-temannya.”, sahut Ana.
“Kamu sayangkan sama Adi?”, tanya Fia lagi.
“Entah, aku bingun. Sebenarnya aku suka sama dia
tapi aku juga masih suka sama Fani. Masa aku suka sama 2 orang sekaligus itu
nggak mungkin kan? Jahat banget.”, katanya.
“Jangan sia-siain Adi An, dia tulus sama kamu. Fani
juga yang sudah mutusin kamu kan ngga ada gunanya kamu nungguin dia terus. Dia
udah seenaknya mutusin kamu, dan sekarang dia mau balikan lagi sama kamu. Kalau
kamu terima kamu nyakitin Adi banget An. Apa salahnya kamu kasih kesempatan
buat Adi, lagipula kamu juga punya rasa kan sama Adi dan kamu berusaha buat
ngilangin rasa itu gara-gara si Fani juga ngajak balikan kamu lagi. Lebih baik
kamu fikirin itu lagi.”, kata Fia dan Ana hanya diam saja sambil menundukkan
kepalanya.
“Nanti dia akan pindah keluar kota mungkin dia
sekarang sedang di perjalanan.”, kata Fia sambil menyerahkan surat dariku.
“Kalau kamu bener-bener sayang sama dia kejar dia, minta maaf dan suruh dia
tetap disini tau kamu akan menyesal kehilangan dia.” Fia berkata lagi lalu
pergi.
Setelah
itu Ana menghentikan Fia dan bertanya dimana Adi sekarang. Ya.. sekarang aku
sudah ada di bandara, Ana berlari dan coba untuk menghubungiku, tapi aku
mematikan ponselku aku kira dia tidak akan pernah peduli dengan kepindahanku.
Sekejap saat itu aku hendak berjalan menuju pintu pesawat bersama ayah. Tapi
tiba-tiba Ana menghentikan langkahku dengan nafasnya yang terenggah-enggah. Aku
kaget sekali dia akan memintaku untuk tetap disini. Tanpa pikir panjang aku
cepat memilih untuk tetap tinggal disini dengan kakekku, dan beruntung ayah
juga mengizinkanku.
Aku
sangat senang akhirnya kami bercakap-cakap sambil memakan es krim di bawah
pohon mangga di taman dekat bandara. Kali ini Ana yang mengawalinya, ia bilang
kalau ternyata ia juga suka kepadaku. Betapa kagetnya diriku saat itu.
“Sayangnya sekarang Hari Kartini telah usai, maafkan
aku dulu aku mengacaukan semuanya.”, kataku.
“Sekarang memang sudah tanggal 2 Mei, tapi kita bisa
menganggap hari ini adalah tanggal 32 April dan kita masih bisa merayakan Hari
Kartini.”, bilangnya sambil tersenyum padaku.
Seakan akan hari ini adalah tanggal 32 April bagiku
dimana kami merayakan hari aku menembaknya Hari Kartini Love Error..........
aku menyayanginya.