Jumat, 19 April 2013

32 April Kartini’s Error Oleh : Aditya Bayu Anggara

32 April Kartini’s Error
Oleh : Aditya Bayu Anggara

            Namanya Ana, satu-satunya anak perempuan yang aku sukai di kelasku. Hari ini tanggal 15 April, ada pengumuman dari ketua kelas bahwa pada tanggal 21 April nanti akan diadakan perayaan Hari Kartini di SMA kami. Sehinggga saat itu juga diadakan siapa-siapa yang akan mewakili kelas kami untuk hari itu.
            Suasana kelas gaduh seketika itu, semua mengusulkan dan mengeluarkan aspirasi mereka, kecuali 4 orang anak laki-laki yang sedang asyik di belakang bermain game sepak bola di laptop. 4 orang itu termasuk aku. Aku pura-pura cuek tidak mendengarkan pemutusan itu. Saat ditanya agar aku menjadi Kang Mas untuk mewakili acara itu, aku diam saja karena aku mendengar isu bahwa Mbak Yu yang akan mewakili kelas kami adalah Ana, jadi aku pun juga berharap seperti itu. Ternyata yang ditulis di papan tulis itu adalan benar namaku dan namanya Ana. Sebenarnya aku senang tapi melihat raut wajah Ana yang nampaknya tidak terlalu senang aku pura-pura tidak mau dengan bilang, “ Apa-apaan ini, kalian belum meminta persetujuanku. Tadi aku kan sedang main game jadi tidak mendengarkan.” Tapi apa hasilnya mereka tetap menulis nama itu. Aku keluar kelas menuju ruang musik dengan temanku, maklum saja saat itu sedang jam pelajaran seni. Sembari keluar, sebenarnya aku senang dan tersenyum sendiri sambil harap-harap cemas, semoga saja Ana mau mewakilinya denganku.
            Jam sekolah telah usai, semua siswa pulang aku pun begitu. Sesampaiku di rumah aku menerima sms dari Ana, dan ia mau menjadi Mbak Yu dalam kontes Hari Kartini itu. Ah... senangnya aku. Aku menjadi senyum-senyum sendiri di rumah, memang keputusan itu juga berkat salah satu temanku yang tahu kalau aku suka sama ana, dia nyang ngomporin temen-temen agar milih aku sama Ana yang mewakili tapi akhirnya dia selalu mengejekku. Ya .... tak apalah, dia juga sudah membantuku. Walau aku jadi agak malu sama teman-teman.
            Semua sudah deal dan semua persiapan ditanggung kelas. Semuanya sudah dipersiapkan secara matang. Mulai dari pakaian, yang bertugas untuk membuat tumpeng juga sudah membuatnya. Intinya semuanya sudah siap.
            Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku saat itu, tapi aku sudah tidak tahan lagi menahan perasaanku pada Ana. Akhirnya aku katakan itu padanya. Tapi apa yang terjadi, ternyata dia malah marah. Aku tidak tau, mungkin jawabannya adalah tidak saat aku menyatakan itu. Alasannya hanya karena nggak enak sama teman-teman dan ingin selamatkan nama baik aku. Meskipun aku kurang percaya dengan alasan itu tapi rasa egoku itu malah membuat dia semakin marah padaku. Mungkin alasan sebenarnya adalah dia tidak mau mantan pacarnya melihatnya denganku dan mungkin dia masih menyukainya.
            Semua jadi kacau, dia nampak marah berat padaku bahkan telfonku saja tidak diangkat. Dan ternyata dia sudah tidak mau lagi mewakili kelas, dia bilang dia tidak PD, aku tau itu hanya alasannya saja. Aku sangat menyesal aku telah mengacaukan semuanya. Akhirnya aku bicara baik-baik kepada teman-teman. Untunglah teman-teman mau mengerti, pada akhirnya aku juga mengundurkan diri dan digantikan oleh temanku. Sampai hari kontes itu pun tiba Ana tetap tidak bicara apapun kepadaku. Kelas kami gagal mendapat juara dalam lomba itu. Ah... menyesalnya aku mungin itu karena kebodohanku. Aku sudah mengacaukan semuanya.
            Hari-hari berlalu, Ana tetap tak mau bicara padaku. Aku tidak tahu apa salahku, apakah karena aku bilang bahwa aku suka sama dia dan mengajaknya pacaran itu salah. Aku baru tahu ternyata benar bahwa dia nggak enak sama mantannya yang sampai saat ini mereka masih sering bersama dan sering bertemu. Walaupun aku cemburu, tapi aku tidak berhak untuk itu.
            Minggu ini ayahku akan pindah keluar kota, aku ditawari apakah aku ingin pindah atau tetap disini tinggal di rumah kakekku. Aku merasa bersalah pada Ana, aku berfikir mungkin kalau aku pindah keadaan semua akan kembali baik-baik saja. Aku putuskan tanpa pikir panjang untuk ikut pindah dengan ayah itu berarti aku juga pindah sekolah. Aku ingin membicarakan ini kepada Ana tapi aku tak pernah punya kesempatan untuk itu, tiap kali aku menghampirinya dia selalu pergi menjauh. Aku hanya bisa menulis surat bahwa aku akan pindah tapi aku akan tetap disini kalau dia memintanya. Semoga saja dia membacanya, aku menitipkannya pada Fia, teman dekatnya.
“An, kenapa kamu tidak mau bicara pada Adi?”, tanya Fia pada Ana.
“Aku tidak tau Fi, rasanya aneh. Apa dia tidak punya akal. Aku baru saja putus dengan teman dekatnya, dan dia malah menyatakan cinta padaku. Dia bodoh, apa dia tidak tau itu akan membuat citranya buruk di depan teman-temannya.”, sahut Ana.
“Kamu sayangkan sama Adi?”, tanya Fia lagi.
“Entah, aku bingun. Sebenarnya aku suka sama dia tapi aku juga masih suka sama Fani. Masa aku suka sama 2 orang sekaligus itu nggak mungkin kan? Jahat banget.”, katanya.
“Jangan sia-siain Adi An, dia tulus sama kamu. Fani juga yang sudah mutusin kamu kan ngga ada gunanya kamu nungguin dia terus. Dia udah seenaknya mutusin kamu, dan sekarang dia mau balikan lagi sama kamu. Kalau kamu terima kamu nyakitin Adi banget An. Apa salahnya kamu kasih kesempatan buat Adi, lagipula kamu juga punya rasa kan sama Adi dan kamu berusaha buat ngilangin rasa itu gara-gara si Fani juga ngajak balikan kamu lagi. Lebih baik kamu fikirin itu lagi.”, kata Fia dan Ana hanya diam saja sambil menundukkan kepalanya.
“Nanti dia akan pindah keluar kota mungkin dia sekarang sedang di perjalanan.”, kata Fia sambil menyerahkan surat dariku. “Kalau kamu bener-bener sayang sama dia kejar dia, minta maaf dan suruh dia tetap disini tau kamu akan menyesal kehilangan dia.” Fia berkata lagi lalu pergi.
            Setelah itu Ana menghentikan Fia dan bertanya dimana Adi sekarang. Ya.. sekarang aku sudah ada di bandara, Ana berlari dan coba untuk menghubungiku, tapi aku mematikan ponselku aku kira dia tidak akan pernah peduli dengan kepindahanku. Sekejap saat itu aku hendak berjalan menuju pintu pesawat bersama ayah. Tapi tiba-tiba Ana menghentikan langkahku dengan nafasnya yang terenggah-enggah. Aku kaget sekali dia akan memintaku untuk tetap disini. Tanpa pikir panjang aku cepat memilih untuk tetap tinggal disini dengan kakekku, dan beruntung ayah juga mengizinkanku.
            Aku sangat senang akhirnya kami bercakap-cakap sambil memakan es krim di bawah pohon mangga di taman dekat bandara. Kali ini Ana yang mengawalinya, ia bilang kalau ternyata ia juga suka kepadaku. Betapa kagetnya diriku saat itu.
“Sayangnya sekarang Hari Kartini telah usai, maafkan aku dulu aku mengacaukan semuanya.”, kataku.
“Sekarang memang sudah tanggal 2 Mei, tapi kita bisa menganggap hari ini adalah tanggal 32 April dan kita masih bisa merayakan Hari Kartini.”, bilangnya sambil tersenyum padaku.

Seakan akan hari ini adalah tanggal 32 April bagiku dimana kami merayakan hari aku menembaknya Hari Kartini Love Error.......... aku menyayanginya.

Kamis, 18 April 2013

Best Delay Lover Story Oleh : Aditya Bayu Anggara

Best Delay Lover Story
Oleh : Aditya Bayu Anggara

            Ada rasa aneh terasa, seketika saat aku bertemu kembali dengan orang yang sangat aku sukai di reuni SMA ini. Namanya Ida, dulu aku sangat suka padanya. Sayangnya, mungkin ia tak akan pernah memilihku dan perasaan ini mungkin juga cuma aku simpan saja. Dan mungkin juga itu sebabnya teman-teman mengataiku tidak pernah menyukai cewek karena sampai saat ini aku belum punya pendamping, hehehe.
            Teringat saat dulu aku melihatnya. Sebenarnya saat pertama tahu dia, aku tidak punya perasaan suka padanya malah mungkin yang ada adalah rasa kurang suka. Saat itu aku masih duduk di kelas X, aku menganggap Ida adalah anak cewek yang sombong dan sok, padahal kesan pertama nggak cantik-cantik banget deh. Dia suka lewat sliwar-sliwer nglewatin aku sama temen-temen yang lagi nongkrong di depan kelas tanpa bilang permisi atau apalah. Maklum dia anak kelas sebelah jadi sering lewat depan kelasku.
            Hal yang tidak aku duga-duga, ternyata di semester 2 kami menjadi teman sekelas dan kami memang belum saling kenal mungkin karena sama-sama cuek, bahkan saat itu aku tidak tahu kalau yang namanya Ida adalah dia. Aku juga malu-malu kalau harus ngmong sama dia. Pertama aku berani kenalan sama Ida adalah karena dia meminjam laptop milikku. Sejak saat itu juga aku sering melihatnya, dan memandanginya walaupun curi-curi sih. Sampai suatu saat dia nyadar kalau aku suka liatin dia, itu buat aku tambah malu tapi aku suka. Aku tidak tahu kenapa sekarang aku malah suka, entah rasanya ada rasa suka dan senang saja saat aku liatin dia apalagi saat ada di deket dia.
            Tapi saat aku ingin bilang padanya kalau aku suka sama dia ternyata aku harus menahan perasaan ini. Karena ternyata dia adalah kekasih Fano, temanku. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku menyukai pacar temanku. Tapi saat aku menyukainya jujur saja aku tidak tahu kalau yang dimaksud Ida oleh Fano adalah dia. Saat itu juga aku harus patah hati sebelum menyatakan perasaan.
            Pada akhirnya aku memutuskan untuk menulis di selembar kertas “ Jujur aku menyukaimu, aku berharap suatu saat nanti kamu akan jadi milikku. Tolong tunggulah aku dan jangan berikan cintamu kepada orang lain. ADIT ”. Aku menyelipkannya pada sebuah buku di atas mejaku, dan ternyata itu adalah buku milik Ida. Aku bingung apa aku harus mengambilnya tapi aku takut kalau dia tahu aku menyukainya. Jadi, aku membiarkannya paling dia tidak akan membacanya. Tapi, beberapa saat aku mendengar mereka putus, akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan dia menerimaku, akhirnya kami berpacaran tapi satu bulan kemudian kami putus dan Ida kembali pada Fano. Mungkin semua akan baik-baik saja karena saat kami pacaran pun tidak ada orang lian yang mengetahuinya bahkan teman-teman selalu menyebut-nyebut nama Fano di depan Ida. Sejak saat itu aku memutuskan untuk pindah kelas, aku tidak mau mengganggu mereka lagi. Aku akan coba untuk menjaga jarak dan menjauh.
            5 tahun setelah kami lulus aku dengar mereka berdua sudah menikah, aku pun diundang ke acara pernikahan mereka dan aku datang karena itu adalah pernikahan temanku, yah walaupun dengar perasaan kacau. Sejak saat itu aku belum pernah suka sama cewek lain. Hal yang mengagetkan, setelah 5 bulan mereka menikah aku dengar kabar bahwa mereka sudah bercerai. Saat itu aku bertemu dengannya di reuni SMA kami, dan ternyata rasa sukaku pada Ida masih saja ada.
            Saat itu aku ingin sekali mngungkapkan perasaanku, tapi aku takut. Yang aku takutkan adalah Ida malah akan menjauhiku dan aku tahu sampai saat itu Ida masih suka sama Fano dan belum bisa move on darinya. Sejak itu kami sering bersama-sama, Ida sering datang ke klinik hewanku untuk memeriksakan kucing peliharaannya yang ia temukan di teras rumahnya, sebenarnya ia sudah memasang poster-poster agar sang pemilik kucing itu tahu dan bisa mengambil kucing itu kembali.
            Kami memang sudah sering bersama, tapi Ida dan Fano pun masih sering berkomunikasi bahkan tidak jarang mereka bertemu. Malam itu kami berdua sedang menaiki kapal untuk melihat pemandangan laut malam. Ida sakit, ternyata ia mabuk laut, tak ada obat di kapal itu. Bahkan saat aku menanyakannya pada kapten kapal yang ada hanyalah alkohol tapi ia bilang kalau minum sedikit alkohol bisa meredakan mabuk laut. Akhirnya aku memberinya pada Ida dan ia meminumnya seteguk dan benar sakitnya reda, tapi ternyata dia malah sedikit mabuk.
            Ida berkata bahwa ia masih menyukai Fano dan tidak bisa melupakannya. Aku pun menyahut perkataan Ida.
“ Bagaimana kamu bisa melupakannya kalau kamu selalu berharap suatu saat Fano akan kembali untukmu “, sahutku. Maklum saja, semua teman-teman juga sudah tahu kalau Fano akn menikah lagi.
” Kamu tidak akan pernah mengerti aku, dia adalah cinta pertamaku.”, sahutnya menggertak dan sedih.
“ Kamu salah, aku mengerti kamu karena kamu juga adalah cinta pertamaku yang sesungguhnya.”. Tiba-tiba ia memelukku, tetapi sebentar saja dan dia melepaskannya seraya berkata “ Maaf, aku tadi tidak sadar.” Dan aku menjawab, “ Sebenarnya tadi aku masih sadar.”
Sekarang aku paham makna dari tidak ada sesuatu yang harus diingat, semuanya adalah proses tentang cepat atau lambatnya sesuatu dilupakan.
            Setelah kejadian itu kami pun pulang kerumah masing-masing tapi kami bertemu lagi di bukit taman. Entah dalam beberapa hari itu, tapi dia seperti memancingku untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya tapi aku tidak punya keberanian lagi aku takut ia akan menolaknya dan itu berarti aku tidak punya kesempatan lagi untuk mengejarnya. Saat itu aku bebincang-bincang dengannya.
“ Adit, kamu tahu. Aku tidak tahu bagaimana harus melupakannya.“, kata Ida.
“ Tidak ada yang perlu dilupakan. Seperti aku, aku tidak perlu melupakan untuk menemukan cinta yang baru. Bedanya adalah cinta baruku selalu dengan orang yang sama, yaitu kamu Mai.”, sahutku dan ia tersenyum padaku.
            Senyum manis itu selalu mengingatkanku betapa aku menyukainya dan takut mengungkapkan dan takut ia akan menjauh karena aku tahu dia adalah kekasih temanku, maksudku mantan kekasih temanku lebih tepatnya mantan istrinya. Setelah itu kami sering bersama, melakukan hal yang menyenangkan dan lucu dengan Mabay, kucing peliharaannnya yang sering dibawa ke klinikku, hehe. Aku tidak tahu kalau ternyata dia sudah membaca selembar kertas yang dulu aku selipkan pada bukunya kemarin, itu membuatku salah tingkah dan malu.
            Ketika itu aku sedang membaca poster-poster yang ditempelkannya mengenai si Mabay agar pemiliknya mengambilnya.
” Aku rasa aku tahu kenapa tidak ada orang yang mengambil Mabay, itu karena kamu salah menulis informasi tentang kucing ini, seharusnya kamu menuliskan kalau warna rambutnya putih krem bukan putih polos. Sebaiknya kamu turunkan saja semua poster yang sudah kamu tempel.”, kataku pada Ida.
“ Aku tahu dan sebelum kamu mengatakan itu padaku aku sudah menurunkan semua poster-posternya.”, sambil menunjukkan semua poster di tasnya dan tersenyum kepadaku.
Beberapa saat kemudian Ida berkata lagi padaku.
“ ehm... Adit, apakah kamu tahu. Mungkin Mabay kini sudah melupakan pemilik lamanya dan sekarang ia sudah menemukan siapa pemilik barunya dan ia mungkin lebih bahagia sekarang, ya.. tentu saja dengan mami Ida, hehehe... iya kan Mabay?”
“ Bagaimana dengan papi Adit.” Sahutku cepat sambil sedikit tersenyum padanya.
            Beberapa saat itu kami saling menatap dan tersenyum. Cinta memang seperti permainan tali yang putus-nyambung-putus-nyambung dalam permainan sulap. Sebaik apapun cinta itu dibina suatu saat bisa putus. Kemudian dia mencari ke kanan mencari ke kiri, naymbung di kanan, putus lalu nyambung ke kiri dan akhir-akhirnya putus lagi. Kecuali suatu saat dia menemukan orang yang cocok dan sangat ia sukai maka cinta itu akan tersambung kembali.

            Jujur saja, sebenarnya sampai saat ini aku masih menyukai Ida, dan sepertinya kini Ida juga mulai menyukaiku. Meskipun begitu aku masih tetap belum berani mengungkapkan perasaanku lagi, aku takut Ida akan hilang. Aku benar-benar mencintainya dan aku berharap suatu saat aku berhasil mendapatkannya, yah.. aku benar-benar berharap ia akan kembali kepadaku. Satu hal yang ingin aku ucapkan dan aku juga baru tahu kalau ternyata dia juga ingin mengucapkan hal yang sama. Satu kalimat itu adalah “ Aku mencintaimu.”

Kamis, 11 April 2013

Analisi Puisi Perempuan Perempuan Perkasa oleh Aditya Bayu Anggara


Analisis Puisi ”Perempuan-Perempuan Perkasa”



PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA
(karya Hartoyo Andangdjaja)

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

a.       Parafrasekan puisi diatas!
Jawab:
Perempuan-perempuan perkasa itu datang dari perbukitan desa. Tiap subuh mereka sudah datang ke kota kecil menunggu kereta paling pagi untuk menjual dagangannya ke pasar kota.
Perjuangan mereka sangat berat. Mereka sangat rajin dan ulet dalam bekerja. Mereka adalah perempuan jelata yang menjadi penopang kehidupan masyarakat desa.


b.      Apa isi puisi diatas?
Jawab: perjuangan ibu-ibu yang rela bekerja mulai pagi buta menuju pasar kota dengan naik kereta dengan gigihnya untuk menghidupi keluarga mereka yang hidup di desa.

c.       Majas apa yang terkandung dalam puisi diatas?
Jawab:
1)     Personifikasi
(a) Sebelum peluit kereta api terjaga
(b) Mereka berlomba dengan surya
(c) Akar-akar yang melata

2)     Metafora
(a) roda-roda baja
(b) akar-akar yang melata
3)     Hiperbola
(a) Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
(b) Mereka ialah ibu-ibu berhati baja
(c) Merebut hidup di pasar-pasar kota
(d) Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota

d.      Sebutkan imagi/ pencitraan dari puisi diatas!
Jawab:
1)      Imaji Visual Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaja
a) Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
b) Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
c) Di atas roda-roda baja mereka berkendara
d) Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta
2)      Imaji Auditif Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaja: sebelum peluit kereta api terjaga
3)      Imaji taktil Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaja
a) sebelum hari bermula dalam pesta kerja
b) Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
c) merebut hidup di pasar-pasar kota
d) Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, 
e) Mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
f) perempuan-perempuan perkasa

e.      Indra apakah yang paling dominan dikembangkan penyair?
Jawab: indra penglihatan

f.        Perasaan apa yang berkembang dalam puisi diatas?
Jawab: sedih dan kagum

g.       Wajarkah perasaan penyair pada puisi diatas?
Jawab: wajar, karena seseorang pasti akan merasa sedih dan kagum saat melihat perjuangan ibu-ibu desa yang rela bekerja sampai seperti itu demi menghidupi keluarganya.

h.      Jelaskan mengapa perasaaan penyair menjadi berharga!
Jawab: perasaan penyair menjadi berharga karena beliau bisa menyampaikan rasa haru dan kekagumannya terhadap perempuan-perempuan/ ibu-ibu desa melalui puisi tersebut.

i.         Jelaskan perasaan yang tersembunyi yang diungkapkan oleh penyair!
Jawab:
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Dalam menghadapi tema sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan, tetapi berbeda dengan puisi Hartoyo Andangjaya ini yang lebih menampilkan sisi kemanusiaan dari perempuan-perempuan yang dalam hal ini merupakan ibu-ibu perkasa yang berjuang menghidupi keluarganya atau pun orang-orang dengan berjualan di pasar dengan penuh perjuangan. Perasaan penyair ini erat hubungannya dengan tema yang hendak disampaikan. Dengan begitu sikap penyair yang memeperlihatkan sisi kemanusiaan atau pekanya penyair terhadap kemanusiaan akan menghasilkan tema tentang kemanusiaan.

10.  a. Nilai apa yang terkandung dalam puisi tersebut?
b. hubungkan nilai tersebut dengan nilai masa kini!
Jawab:
a.       – kisah perjuangan
-ibu-ibu yang bekerja mulai dini hari
-terus bekerja walau penat dan letih menghampiri
-tetap gigih dan teguh pendirian menjalani hidup walau menempuh jalan yang sulit
-berani berlomba dengan waktu

b.      –ibu-ibu terutama yang hidup kurang mampu di desa berjuang dengan gigihnya untuk menghidupi keluarganya
-banyak ibu-ibu yang hidup di pinggiran desa yang bekerja mulai dari dini hari hanya demi mendapatkan sesuap nasi
-orang-orang yang hidup di pinggiran kota yang sudah renta masih tetap bekerja untuk hidup
-banyak ibu-ibu dari keluarga yang kurang mampu bekerja dengan berjalan kaki demi sampai di tempat tujuan dan bekerja

-ibu-ibu yang rela bekerja mengejar waktu, biasanya di pedesaan, mereka berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja

Selasa, 09 April 2013

Cinta Setoples Kacang

Cinta Setoples Kacang
Oleh : Aditya Bayu Anggara

            Malam itu gue lagi kagak ada kerjaan banget, akhirnya gue memutuskan untuk mencari pasangan gue. Gue kesepian banget, tiap malem gue kesepian, mau sms ga ada yang di sms mau nelfon apa lagi, maklumlah gue baru diputusin sama pacar gue. Gue sedih banget dan coba untuk move on. Dan di malam itu juga akhirnya gue berhasil membuat keputusan. Gue nemuin siapa jodoh gue sebenernya. Gue yakin banget sama keputusan yang gue ambil. Kulitnya kuning langsat, dia tau gimana caranya bikin gue seneng, dia juga langsing bodinya kayak gitar Spangyol, ya.. dia adalah sesuatu banget dan gue sayang banget sama dia. Dia adalah setoples kacang yang baru aja gue beli dari swalayan kecil miliknya tetangga gue yang masih ada kerabat sama gue. Gue juga baru tau kalau ternyata tetangga gue itu adalah adik dari keponakan ayahnya adik pamannya Eang Sabar yang ternyata kakak dari ayah dari saudara sepupu ayahnya kakaknya bapak gua.
            Oke, sekarang lanjut ceritanya. Gue cari setoples kacang itu, rasanya hampa banget hatiku tanpanya. Bayangin setoples kacang itu deket banget sama gue seakan akan ada chemistry gitooohhh... gua sedih banget. Akhirnya gue cari dia. Gue panggil panggil dia.
            “Kacang.... dimana kamu, please jangan tinggalkan aku.. aku galau cang...”
Yang bikin gue kaget ada jawaban, sekilas gue kira kalau kacang itu juga suka sama gue sampe-sampe dia mau jawab panggilan gue. Gua cari sumber suara itu berasal, “kacang, dimana kamu.. aku akan selamatkan kamu, tunggu aku. Aku tak akan membiarkan satu orang pun menyakitimu...” sambil pasang muka sinis yang ganteng dan imut kayak gue. Suara sahutan itu dari luar rumah, seketika itu gue kecewa. Dan ternyata itu adalah si Busur, penjual kacang goreng langganan Eang Sabar. Gue kecewa dan gue balik masuk kedalam rumah dengan hati yang hampa, bayangin coba, tragis kan?? Emang tega tuh si kacang, dia ga tau apa kalau gue khawatir banget sama dia, gue takut terjadi apa-apa sama dia.
            Akhirnya gua putusin ke kamar gue, gue ambil bantal guling, gue tengkurep dan gue nangis... Gue sama siapa sekarang, ga ada temen lagi, bahkan si kacang pasangan hidup yang baru gue kenal tadi sore ninggalin gue, sedih banget... hiks hiks hiks.
            Aku marah, aku ngambek, kacang jahat. Gue buka dan gue buang selimut halus yang selalu menyelimuti malam-malam kiutku yang lembut cetar membahana dan terpampang nyata kayak kepalanya Dade Kabuder yang terang benderang, yang merakyat seperti Pak Sukowi. Dan CLINK!!!! Ternyata si kacang nongol di depan gue. Aku terharu banget kagak nyangka kalau ternyata dia ngajakin aku petak umpet ak nyesel banget udah nuduh dia yang aneh-aneh, maafkan aku kacang, tapi itu karena aku sayang banget sama kamu.
            Gue peluk erat si kacang seakan gue ga mau kehilangan dia untuk yang kedua kalinya. Sebengernya malam itu ada acara bola antara MU sama Chelsea, yah terpaksa si kacang gue makan. Tapi, jujur sebenernya aku ga tega. Aku ga tega misahin kacang itu dengan toplesnya. Itu ga adil banget. Mereka diciptakan untuk bersama. Jahat banget kayaknya kalau aku memisahkan mereka berdua.
            Tapi gua laper, dan gue buka tutup toples itu. Gue ambil satu kacang di dalamnya, tapi gue ga tega dan akhirnya aku menangis, sedih rasanya apa aku harus memakanmu dan memisahkanmu dengannya, maafkan aku toples aku harus lakukan semua ini. Gue kupas kacang itu dengan lembut dan sepenuh hati agar tak ada luka goresan sedikitpun yang akan menyakitinya. Tapi tetep aja aku ga tega liatnya. Si toples menangis dan terus menangis, haru rasanya.
            Akhirnya aku buang tutup toples itu. Dan suara tangisan itu semakin kencang, aku sedih tapi ternyata itu tangisan rintihan adik sepupuku yang kehilangan separuh kerupuknya. Dasar balita kecil pengganggu. Gitu aja pake nangis, itu berarti dia balita cengeng. Ga kayak gue yang gentle dan pemberani ini. Tapi itu bukan salah dia, dia nggak tau apa-apa, dia nggak tau kalau gue lagi sedih. Gue sedang galau memikirkan bagaimana nasib si kacang dan toples ini yang sudah saling mencinta. Akhirnya gue ikut-ikutan nangis, gue malu tapi gue bangga, gue bisa nagis lebih keras dari adik sepupu gue, rasain itu... hahahaha, tertawa kejam tapi manis dan imut. Ya, maklum lah cowok manis kayak gue kan ga bisa keliatan kejam, ahay.
            Satu jam berlalu, dan akhirnya gue kepikiran sesuatu, gue punya ide setelah gue makan satu piring lontong gandul mahal yang hanya gue yang mampu makan itu, ya, aku baru aja dikasih tetangga sebelah sih tadi pagi. Gue bayangin gimana kalau kacang ini aku jadiin kecap aja. Tapi kecap itu hitam, gimana kalau tahu aja ya. Tapi tahu itu putih, itu namanya diskriminasi tingkat dewa. Walaupun kecap lebih manis sih. Tapi kenapa tahu diciptakan lebih putih, itu ga adil. Kasian kan kecap sebagai ras hitam yang disia-siakan. Tapi kalau ga ada tahu, dikantin ga ada lagi Gandul. Itu berarti gue ga bisa makan lontong gandul Mbok Darmi lagi, pilu gue, apa yang harus aku lakuin sekarang, aku hanya bisa pasrah.
Tapi gandul kalau dikasih kecap plus ayam itu bisa jadi opor, maksudnya gandul tambah semur, itu opornya mantep banget deh, coba aja. Soalnya gue ga pernah nyoba. Akhirnya gue memutuskan, gue memutuskan untuk tidak membuat si kacang menjadi kecap ataupun tahu, itu diskriminasi men. Kasian juga kan si Toples, ntar nasibnya gimana coba, malang banget dia. Gue nyesel udah huang tutupnya. Toples-toples, maafkan aku ya...
Gue makan semua kacang itu, gue laper, laper, laPERRRRR!!!! Dan semuanya habis, yang tersisa hanyalah kenangan indah nan manis yang telah kita lalui bersama, aku menyesal, tapi kenyang, hehehe. Kebetulan saat itu gue lagi nonton iklan Cocokruns, gue liat si coco, dan anjrit, mukanya kayak Suneo lahir lagi kena sipilis, sial banget... wuek, jijik gue liatnya.
Tapi ternyata itu bukan iklan biasa, itu iklan yang tragis, iklan itu membuat gandum berwarna coklat kehitaman. Dan ternyata itu bukan coklat, itu adalah kecap, itu berarti si kacang bakalan punya saingan berat kalo akhirnya gue olah dia jadi kecap. Itu jahat banget, dasar rasisme, aku ga suka. Awas aja nanti malem tak bilangin mama, biar gue dibeliin cocokrun. Gila apa, gue pengen banget makan cocokruns, kayaknya enak. Tapi gue juga masih memikirkan akan perasaan si kacang, gue ga sanggup lakuinnya. Hiks.. hiks... pilu..
Kacang, aku cinta banget sama kamu. Untung aku udah makan kamu, jadi ga bakalan ada lagi yang bisa misahin kita berdua. Dan akhirnya gue tidur, aku tidur dengan lelap, tapi aku bermimpi buruk. Aku mimpi aku dikejar oleh monster tahu besar yang menginginkan coco, aku bilang.
“Tahu, maafkan aku.. tapi aku tidak tau dimana coco!”, dan akhirnya datanglah pahlawan penolongku, yah.... si kacang pembawa berkat, eh kecap maksudnya. Dia bertarung dengan tahu dan jadilah mereka berdua menjadi satu. Dan kini mereka lebih dikenal dengan lontong Gandul, ah so sweet nya.... tapi tak lama kemudian datanglah si nasi goreng dan nasi uduk, ternyata mereka baik. Mereka Cuma mau berterima kasih kepada kecap dan kacang. Karena merekalah orang bisa membedakan antara nasi goreng dan nasi uduk.
Dan akhirnya untuk mengenang si kacang yang hanya tinggal sebuah cerita. Aku memutuskan hal yang sangat amat penting. Aku berlari ke sebuah warung makan. Aku membeli sebungkus Opor tahu semur kecap dan aku taruh itu di dalam toples bekas hunian si kacang pasangan jiwaku. Semoga dia tau kalau aku lakuin itu semjua semata-mata hanya untuk mengenangmu kacang. Semoga kau tenang di alam sana. Maafkan aku telah memisahkanmu dengan toples ini, aku tau kalian saling menyayangi.

Maafkan aku, aku mencintaimu. Tapi cinta ini bertepuk sebelah tangan, aku tidak mau memisahkan kalian. Kalian sudah saling mencintai... cinta setoples kacang yang abadi.. huft, mengharukan. Dan sekarang aku percaya kalau cinta itu harus memiliki, dan orang yang berkata bahwa cinta itu tak harus memiliki adalah orang yang putus asa mengejar cintanya dan menghiburnya dengan kata-kata itu. Kata-kata itu aku peroleh, karena acara semalam yang aku tonton ternyata bukan acara bola, tapi Mario Tegang Goblen Wes.

Sweet Angel Memory ( cerpen pertama saya )

Sweet Angel Memory
Karya : Aditya Bayu Anggara
      Masih teringat jelas dibenakku, masa-masa mulai mengenalmu kala putih biru. Pada awal MOPDB, tepatnya persiapan untuk upacara pembukaan MOPDB diawal aku masuk SMP. Kala itu ibu guru sedang memilih dua anak perwakilan sebagai simbolis di upacara itu. Telah dipilih dua siswa laki-laki dan perempuan, yang keduanya... ya, sama-sama tak kukenal. Saat latihan upacara berlangsung, anak laki-laki itu ternyata tak bisa PBB, tentu terpaksa harus diganti. Dipilih seorang siswa lagi, tapiiii, ternyata sama saja. Setelah gonta-ganti siswa, kurang lebih tiga kali ibu guru terlihat bingung seraya berkata “Siapa yang bisa dan berani menjadi perwkakilan simbolis acungkan jari...!!!”
      Tak tau apa maksud teman-temanku, mereka menunjukku dan mengatakan “ Bayu bu, Bayu, Bayu....”. eh, bu guru malah beneran menghampiri kearahku dan menyuruhku maju kedepan. Penuh gugup aku berkata “ tid... ti.. tidak bu, tidak.. saya tidak bisa, bukan saya bu”. “Ah ayo dicoba dulu”, katanya. Sampai akhirnya akulah yang terpilih untuk menjaadi perwakilan simbolis pada MOPDB itu, bersama siswi cantik yang tak kukenal itu tentunya.
      Setelah itu, hari-hariku berjalan seperti biasa, jadi anak pendiam tapi suka bercanda. Aku sering berpapasan dengan cewek itu, tapi aku hanya diam saja, wajarnya memang belum saling kenal bahkan nama saja aku tak tau. Aku dikenal oleh teman-temanku sebagai anak yang pandai, yah... jadi anak pinter itu sebenernya ada enak gak enaknya juga sich, karena kadang-kadang ada orang yang salah menafsirkan tindakanku yang cenderung pendiem dan dingin sampai mengira aku sombong dan menantangku berkelahi. Baru awal masuk saja udah pukul-pukulan.
      Tak terasa setahun berlalu, aku dipaksa teman, kakak-kakak OSIS, dan guruku untuk mengikuti filtrasi OSIS, berat hati.. akhirnya kuikuti juga filtrasi itu, yah, walaupun tanpa niat yang jelas atau bahkan bisa dikatakan gak punya niat. Ups, ternyata disana ada cewek yang dulu lagi. “Para peserta silakan memperkenalkan diri!” kata pak guru pembina OSIS. Dimulai dari aku “nama saya Bayu, dan bla bla blaa....”. sampai pada gilirannya dan aku baru rau kalau namanya adalah Angel.
      Pada filtrasi itu akhirnya dimenangkan oleh si Angel, seperti peraturan ia boleh pilih siapa saja untuk menjadi wakilnya, dan rekan-rekan kerjanya. Hal yang tak kusangka, ternyata ia akan memilihku menjadi wakilnya. Aku sich mau-mau aja, dan teteep.. dengan sikap yang masih cuek.
      Lama-kelamaan karena sering bekerjasama dengannya aku mulai tertarik dan ada sedikit rasa padanya.ia terlihat semakin cantik saja. Ternyata ia penyuka musik, sama sepertiku dan sikap percaya dirinya yang tinggi itu membuatku terpesona, ditambah, teman-temanku yang sering mengompori kami saat kami sedang bekerja bersama dengan menjodoh-jodohkanku dengannya, membuatku salah tingkah saja.
      Menjelang semester dua di kelas VIII berakhir, dia memberitahuku bahwa sabtu minggu ini juga ia akan pindah ke Jakarta ikut kedua orang tuanya dan bersekolah disana. Saat Angel bilang itu seperti ada bagian yang tiba-tiba berkurang dalam hidupku. Padahal aku mulai suka padanya tapi kenapa ia harus pindah, kenapa harus Jakarta.. kenapa.........  kata-kata itu begitu saja terlintas dibenakku.
      Esok harinya, Angel berangkat ke Jakarta bersama orang tuanya. Aku dan sahabatku, Ferdi mengantarnya sampai ke Bandara di Semarang tentu saja nebeng dengan Om Jordy omnya Angel sampai ke Pati, lalu kami pulang kerumah mengayuh sepeda kami. Aku pulang dengan perasaan tak karuan, sampai dikamar kunyalakan musik dengan keras, sampai ibu masuk kekamarku dan memarahiku karena aku masih memakai sepatu yang kotor, belum ganti baju lagi, dan disuruhnya untuk segera mengerjakan PRku.
      3,5 tahun usai berlalu. Sekarang aku sudah kelas XII di SMA N 1 Pati. Malam ini sedang ada pentas seni kakak alumni di lapangan sekolah, aku menontonnya bersama sahabatku Ferdi. Tapi karena ia kurang tertarik ia mengajakkku pulang. Saat pulang itulah kami melihat gadis yang cantik dan manis sekali yang sekilas membuat kami terpesona, walaupun tampak kurang jelas dari kejauhan.
      Keesokan harinya, seperti biasa walau aku terkenal pandai tapi aku masih kekanak-kanakan. Saat itu aku sedang bermain kartu Yu-Gi-Oh bersama sahabatku Ferdi dan Huda, permainan yang seharusnya dimainkan oleh anak kecil. Tiba-tiba Refa masuk dan menghampiri kami, cowok yang satu ini selalu sekelas denganku sejak SMP dan aku tak mengerti karena dia selalu tau apa saja. Dia berkata padaku “Hai kawan, ada murid pindahan yang sangat cantik”. “Kau tak lihat aku sedang sibuk, lagi pula mana ada murid pindahan di semester akhir seperti ini”, kata Ferdi.”Ayolah, kalian sudah dewasa, tak pantas bermain kartu lagi. Aku yakin kalau kalian melihat dia kalian pasti akan terpesona” sahut Refa. “Baiklah, tapi kalau tidak akan kupukul kepalamu”.
      Kami pergi kelapangan basket untuk berkenalan dengan gadis itu. Refa memanggilnya dan saat ia memalingkan badan kearah kami, aku merasa seperti aku mengenalnya, “Angel” tiba-tiba keluar dari mulutku. Dan ternyata itu benar Angel, dan ia masih mengenali ku. Itu membuatku salah tingkah ditambah lagi Refa yang bilang “Ya, betul sekali. Ternyata kau masih mengenalinya, dia yang dulu suka padamu kan?”. “Apa-apaan sih”, kataku sambil tersipu malu dan salah tingkah.
      Semenjak ia pindah kesini kami sering bertemu dan bermain bersama. Dan aku tak tau, perasaan ini masih sama seperti dulu. Ternyata aku suka padanya. Sempat aku ingin mengungkapkan perasaan ini, tapi aku takut kalau ia akan menolakku dan aku tak bisa mengejarnya lagi. Jadi, aku lebih memilih tak mengungkapkannya dan tetap untuk mengejarnya.
      Sampai pada suatu hari setelah pengumuman ujian nasional usai dan kami semua lulus bersama. Sebenarnya ada suatu hal, kalau aku, Ferdi dan juga Refa sama-sama menyukai Angel. Aku tak terlalu kaget mendengar itu, karena mereka memang sering mencoba mendekati dan menggoda Angel, dan kami saling tahu kalau kami sama-sama menyukai Angel tapi Angel tidak terlau merespon mereka berdua.
      Hari itu hari yang dingin, disiang hari itu kami jalan berdua. Kami membuat balon terbang kecil yang berisi tulisan tentang perasaan kami. Aku menulis “ Tuhan, aku suka kepada Angel, akankah Angel menerima cintaku, dan berpacaran denganku dan kelak kami akan bersama selamanya?” sambil membacanya dengan sengaja agar Angel tahu dan mendengarnya. Angel pun menuliskan perasaan tentang jawabannya, tapi saat Angel akan membacanya aku mengatakan suatu hal padanya “Tidak perlu dijawab sekarang, lagipula aku belum ingin tahu jawabannya sekarang.”. Ia berkata “Apa kamu yakin tidak ingin tahu jawabannya sekarang?”. “Ya, aku takut kamu menolakku dan aku tidak bisa mengejarmu lagi, padahal aku mencintaimu dan akan selalu megejarmu sampai suatu hari kita berdua akan benar-benar bersama.”. Angel hanya tersenyum dan setelah itu kami berdua pulang kerumah masing-masing dan aku memang tidak tau tentang apa jawabannya pada perasaanku.
      Usai saat itu, kami sering jalan berdua, bersama, bahagia dan senang layaknya dua orang yang berpacaran walaupun kami belum pacaran. Sampai akhirnya kami kuliah di kampus yang berbeda dan jauh. Tapi tiap malam aku selalu menelponnya, kadang hingga larut malam dan aku sering mengatakan kalau aku mencintainya.
      Hingga kekanak-kanakkanku muncul kembali. Malam itu aku sengaja membuat turnamen bela diri di asramaku. Aku mengundang semua penghuni asrama untuk mengikuti pertandinganku. Setelah itu aku telpon Angel untuk datang melihatku mengalahkan mereka semua, tapi Angel melarangku untuk melakukan pertandingan dan membatalkan turnamen yang aku buat. Ia melarangku karena ia khawatir akan terjadi apa-apa kepadaku. Dengan sifat kekanak-kanakanku, aku memaksanya untuk menyaksikan pertandinganku dan kuakhiri telponku begitu saja lalu aku mulai pergi ke tempat turnamen itu kuadakan.
      Aku mengira semua penghuni asrama adalah anak rumahan yang lemah, tapi anggapanku salah. Disana ada atlit pencak silat sabuk kuning, sementara aku masih sabuk putih. Pertama-tama ia tampak tak sungguh-sungguh, tapi aku membuat ia marah dan bersungguh-sungguh karena memukulnya sampai berdarah.  Hingga akhirnya aku dihajarnya habis-habisan, dan saat aku hampir kalah dan tergeletak datanglah Angel, aku mengira ia datang untuk mendukungku hingga aku bangkit dan melanjutkan pertandingan, tapi ia malah pergi lagi. Akhirnya aku kalah dalam pertandingan itu.
      Aku mengejar Angel yang meninggalkanku begitu saja. Ternyata ia tidak suka aku bertanding dan ia memarahiku. Sementara aku selalu menegaskan kalau aku menyukai pertandingan itu sampai-sampai dia mengatakan kalau aku kekanak-kanakkan dan egois. Hingga akhirnya aku pergi meninggalkannya sambil berkata “Ya, kau benar aku memang kekanak-kanakan”. “Kau bodoh!” katanya. “Ya, aku memang bodoh, sangat bodoh hingga bisa mengejarmu selama ini!”. Semenjak saat itu tak ada komunikasi lagi antara kami. 2,5 tahun berlalu sudah, ketika itu terjadi gempa yang besar terasa sampai tempat asramaku yang bersumber pada kota tempat Angel tinggal, hingga semua sinyal komunikasi hilang. Aku berlari mencari sinyal dan menelfonnya, karena aku takut terjadi apa-apa padanya. Sejak itulah kami mulai berdua saling berkomunikasi lagi.
      Kami berdua berhubungan baik seperti dulu lagi. Hingga suatu saat ia menelponku dan mengatakan ia sangat bahagia dan akulah orang yang pertama diberitahunya. Tak kusangka ia mengatakan ia akan menikah satu minggu lagi dan aku diundangnya. Aku datang ke pestanya bersama Ferdy dan Refa.
      Saat pengantin wanita keluar, kami menyapanya dan dia terlihat sangat cantik sekali. Aku hanya bisa menyesal dan aku baru tahu bahwa jawaban saat aku mengajaknya pacaran saat menulisnya di balon udara adalah “Aku juga mencintaimu, dan aku mau menjadi pacarmu. Mari berpacaran.”.
      Hal yang unik saat itu, kami minta izin kepada pengantin laki-laki untuk mencium pengantin wanita untuk yang terakhir kalinya. Yah, itulah candaan kami, kami bercanda seperti dulu lagi. Dan aku tidak tahu tentang perasaan ini, seharusnya aku kecewa, marah dan menyesal melihat mereka menikah. Aku senang anggapanku salah. Dan aku mulai mengerti pada saat itu bahwa seseorang yang benar-benar mencintai orang yang dicintainya akan rela melakukan apa saja untuk orang itu dan ia akan bahagia melihat orang yang dicintainya bahagia walau tak bersamanya.

Senin, 08 April 2013

manfaat status kewarganegaraan dan contohnya

Manfaat satus kewarganegaraan

1, mendapat perlindungan hukum dari negara à contohnya : Seorang WNI yang bekerja sebagai TKI di malaysia, dia melakukan sebuah kesalahan yang tidak ia sengaja dan sebenarnya juga bukan kesalahannya yang menyebabkan ia akan dihukum pancung, karena ia orang Indonesia maka ia mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah Indonesia dan pemerintah indonesia mengurusi kasus tersebut dan menebusnya sehingga ia dibebaskan dari hukuman pancung tersebut.
2. Berhak mendapat pendidikan yang layak à contohnya : sebagai warga negara indonesia, Anca memperoleh hak menerima pendidikan dan pengajaran gratis, atau mengayang pendidikan minimal 9 tahun karena di negara Indonesia ada program Wajib Belajar 9 tahun.
3. langsung dapat membuat akta kelahiran, KTP
4. kemudahaan dalam melakukan usaha ( pabrik, perusahaan dll ), kepemilikan ( tanah, rumah dlll )
5. punya hak menjadi calon presiden dan wapres, PNS
6, memiliki hak politik (memilih dan dipilih) dalam pemilu à contoh kasusnya  sebagai orang yang punya kewarganegaraan Indonesia, dan sudah berusia 17 tahun dan memiliki KTP, Miko mendapatkan hak memilih dan dipilih dalam kegiatan politik di Indonesia sesuai dgn UU.
1 status kewarganegaraan
2 Akte Kelahiran
3 hak pilih dalam pemilu
4 punya kebebasan jika bepergian keluar masuk dari & ke negara lainà Warga Negara Indonesia dapat bepergian dan/atau berdiam sementara atau selamanya atau selamanya di luar negeri dengan adanya Paspor Indonesia (disebut Paspor) yang merupakan harta kekayaan milik negara dan dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk warganegara Indonesia (WNI) yang akan bepergian dan/atau berdiam sementara atau selamanya di luar negeri.


Contoh kasus apatride
Martino dan Mellyna adalah suami isteri yang berstatus ius-soli. Mereka berdomisili di negara   Jepang yang berasas ius-sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka, Hatada. Menurut negara Jepang, Hatada tidak diakui sebagai warganegaranya, karena orang tuanya bukan warganeganya. Begitu pula menurut negara Kolombia, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena lahir di negara lain. Dengan demilian Budi tidak mempunyai kewarganegaraan atau Apatride.