Selasa, 15 Juli 2014

Toleransi Antar Umat Beragama oleh Abay



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai toleransi antar ummat beragama.


Muslimin muslimah yang dirahmati Allah, ada istilah yang sering kita dengar yaitu toleransi, “tasamuh” dalam istilah agama. Toleransi adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima. Toleransi adalah penyimpangan dari yang tadinya harus dilakukan, penyimpangan yang dapat dibenarkan.


Mengapa manusia harus bertoleransi? Agama menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, pasti berbeda-beda, itu bukan saja keniscayaan tetapi itu adalah kebutuhan. Namun dalam saat yang sama, Tuhan menghendaki juga agar kita bersama. Bersama dengan Tuhan, bersama dengan seluruh manusia. Karena kita semua berasal dari ayah dan ibu yang sama. Keniscayaan perbedaan dan keharusan persatuan itulah yang mengantar manusia harus bertoleransi.


Sekali lagi kita bertanya, mengapa kita bertoleransi? Karena semua manusia mendambakan kedamaian, tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Semua kita mendambakan kemaslahatan, tanpa toleransi tidak akan ada kemaslahatan. Semua kita menginginkan kemajuan, tanpa toleransi kemajuan tidak akan tercapai.


Dari sini, agamapun memberikan toleransi, bukan saja dalam kehidupan kemasyarakatan tetapi juga dalam kehidupan beragama. Saya akan memberikan beberapa contoh dari ayat-ayat al-Quran, bahkan dari sejarah Nabi S.A.W. Bagaimana kita bisa melihat tingginya toleransi beliau, bagaimana tingginya toleransi yang diajarkan oleh al-Quran, guna menghadirkan kedamaian dan kesejahteraan. Bukan saja bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh rakyat, seluruh masyarakat, bahkan seluruh manusia.


Kita sama-sama tahu, Nabi menyatakan bahwa “aku diutus untuk membawa agama yang penuh dengan toleransi.” Ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah, saat itu, dalam konsepnya Nabi menuliskan kalimat Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahim. Namun oleh kaum Musyrik tidak disetujui. Mereka meminta agar ditulis menjadi Bismikallahumma. Nabi berkata kepada Ali bin Abi Thalib “hapus basmalah dan tulisbismikallahumma sesuai usul mereka!” Nabi menyusun dan menyatakan: “inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan wakil dari kaum musyrik Mekkah.” Pemimpin delegasi kaum musyrik berkata “seandainya kami mengakui engkau sebagai rasul Allah, maka kami tidak akan memerangimu. Tulis “perjanjian ini antara Muhammmad putra Abdullah!” Rasul pun berkata “hapus kata Rasulullah dan ganti dengan Muhammad putra Abdillah!” Sayidina Ali dan sahabat-sahabatnya tidak ingin bertoleransi dalam hal ini, mereka enggan menghapusnya. Tetapi Nabi yang penuh dengan toleransi itu menghapus 7 kata demi kemaslahatan, demi perdamaian.


Kita memang tidak boleh mengorbankan aqidah demi toleransi, tetapi dalam saat yang sama kita tidak boleh mengorbankan toleransi atas nama aqidah.


Karena itu terdapat sekian banyak ayat al-Quran yang berbicara atau menganjurkan kita bertoleransi. Bacalah surat Saba’ (34) ayat 25 dan 26. Anda akan menemukan di situ Nabi diajarkan untuk menyampaikan kepada kaum musyrik, kepada non muslim, bahwa kami atau anda yang berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. Yakni, mungkin kami yang benar, mungkin juga kami yang salah. Tetapi nanti Allah akan menghimpun kita, dan Dia-lah yang akan memberi putusan siapa yang benar, siapa yang salah. Ini bukan berarti mengorbankan aqidah dengan dengan berkata bahwa kita salah. Tetapi demi kehidupan bermasyarakat yang penuh kedamaian, jangan mempersalahkan siapapun. Katakanlah boleh jadi anda benar, boleh jadi anda salah.


Sebenarnya toleransi itu juga berlaku dalam berdakwah, diriwayatkan bahwa Rasulullah saja memberi toleransi dalam berdakwah.


Sedang Nabi Muhammad saw duduk bersama para sahabat, muncul seorang pemuda berjumpa Nabi lalu berkata "Izinkanlah saya untuk berzina." Mendengar perkataan yang biadab itu, sahabat-sahabat terpinga-pinga dan merasa marah.

Namun Nabi Muhammad bersikap tenang dan melayan dengan baik. Baginda menyuruh pemuda itu hampir kepadanya lalu bertanya "Mahukah engkau berzina dengan ibumu?" Pemuda itu menjawab "Tidak!". Lantas Nabi bersabda "Kalau begitu, orang-orang lain juga tidak suka berbuat jahat kepada ibu-ibu mereka." Nabi kemudian mengajukan soalan kedua "Sukakah kamu berbuat jahat dengan saudara perempuanmu sendiri? atau sukakah kamu sekiranya isteri kamu dinodai orang?" Kesemua soalan itu dijawab oleh pemuda itu dengan "Tidak!".

Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang mulia ke atas pemuda itu sambil berdoa "Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunkanlah dosanya dan peliharakanlah dia dari melakukan zina." Sejak peristiwa itu, tiadalah perkara yang paling dibenci oleh pemuda itu selain zina.


Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten.

Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.

Syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.




Shalat sebagai Tiang Agama oleh Abay



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai shalat sebagai tiang agama.


Mungkin teman-teman disini bertanya-tanya, kenapa sih? Kok bisa sih shalat itu sebagai tiang agama? 


Kalau kita mau berfikir, sebuah bangunan, setelah adanya pondasi yang merupakan komponen dasar bangunan berdiri, tentu kebutuhan pokok setelah pondasi adalah tiang penyangga, penyokong, soko guru, yang akan menguatkan bangunan tersebut dan barulah kemudian atap. Apabila sebuah bangunan memiliki 5 buah pilar penyangga, maka jika salah satu dari tiang tersebut roboh maka kekuatan atau kekokohan bangunan tersebut akan berkurang. Demikian seterusnya kekokohan suatu bangunan akan terus berkurang seiring dengan hilangnya pilar-pilar penyangganya satu persatu.


Demikian pula Islam, yang ibaratnya adalah sebuah bangunan dengan syahadat sebagai pondasinya, dakwah dan jihad sebagai atap pelindungnya, dan sholat yang merupakan cerminan syariat Islam sebagai pilar penyangganya. Bila kaum muslimin rajin mendirikan sholat yang 5 waktu secara berjamaah di masjid maka berarti mereka telah mengokohkan pilar-pilar Islam. Sebaliknya, apabila kaum muslimin malas, ogah-ogahan mendirikan sholat fardhu yang 5 waktu secara berjamaah di masjid, maka berarti mereka telah melemahkan Islam itu sendiri dengan ‘merobohkan’ pilar-pilarnya. Bahkan dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:


اَلصَّلاَةُ عِمَادُالدِّيْنِ فَمَنْ أَقَامَهَافَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْهَدَمَ الدِّيْنِ . (رواه الدارقطني).


Artinya : Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkan sholat, maka sesungguhnya dia telah menegakkan agama. Dan barangsiapa meninggalkan sholat, maka sesungguhnya dia telah merobohkan agama. (H.R. Ad Daruqutni).






Maksudnya bahwa sholat fardhu lima waktu itu adalah merupakan tiang agama islam, sehingga siapasaja orangnya yang sanggup menegakkan sholat, berarti dia menegakkan agama islam pada dirinya, atau dengan kata lain bahwa dia adalah orang islam. Akan tetapi siapapun orangnya yang tidak sanggup menegakkan sholat, berarti dia adalah orang yang merobohkan agama islam pada dirinya, atau dengan kata lain bahwa dia bukan orang islam.


Lebih jauh Rasululloh s.a.w. bersabda :


اَلْعَهْدُالَّذِيْ بَيْنَنَاوَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْكَفَرَ (أحمد : 5/346


بارس 25).


Artinya : Urusan yang membedakan antara kita (mukmin-muslim) dan mereka (orang-orang kafir) adalah sholat. Maka barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka sesungguhnya dia telah kafir. (H.R. Ahmad : 5 / 346, pada baris 25 dari atas).






Maksudnya bahwa sholat lima waktu itu menjadi pembeda antara orang islam dengan orang kafir. Jika seseorang itu sholat maka dia orang islam, dan jika dia tidak sholat dengan sengaja tanpa uzur syar’ie, maka dia adalah orang kafir, yakni kafir terhadap Allah. Itulah maksud hadis tersebut ! 


Dalam suatu riwayat dikisahkan pula Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat.


Bagaimanakah pendapat anda kalau ada sebuah sungai di muka pintu rumah salah seorang dari anda dan ia mandi di sungai itu lima kali sehari, apakah masih ada tertinggal kotoran di badannya ?






Para sahabat menjawab : 


Tidak ! sedikitpun tidak akan tertinggal kotoran di badannya .






Maka sabda Rasululloh selanjutnya :


Maka demikianlah perumpamaan sholat lima waktu, Alloh menghapuskan dosa-dosa dengan sholat itu.






Selanjutnya marilah kita dengarkan petunjuk Alloh dengan Firman-Nya :


وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِيْ (طه : 14).


Artinya : Dan tegakkanlah olehmu sholat untuk mengingat Aku. (Q.S. 20 Thoha : 14)


Jadi kita tahu bahwa fungsi shalat salah satunya adalah untuk mengingat Allah. Jangan disalah fungsikan, shalat untuk cari gebetan, sholat biar dipuji ibuk kos. Kok tau bro, ya tau saya juga pernah. J


Ada sebuah kisah juga, dimana pernah ada 4 orang pemuda. Yang semuanya kurang mengerti akan ilmu agama bahkan tata cara shalat yang benar saja belum tau, tapi gengsi satu sama lain. Sehingga keempatnya ini shalat berjamaah di suatu mushola. Satu orang jadi imam, 3 lainnya jadi makmum. Orang yang jadi imam baru jalan kedepan saja sudah dibuat-buat. Jlep-jlep-jlep-jlep. Sampai takbirnya saja dibuat-buat, Allahu Akbar.


Habis itu, imam baca surat alfatihah nah selesai alfatihah dibacanya biar keliatan keren, dia baca ayat Al-Qur’an, bukan surat panjang lagi tapi langsung potongan ayat yang bahkan saya tidak tau ayat mana yang dimaksud.


Bismillahirrahmanirrahim.... wamaaa... wamaa.... wamaa...


Imam sedang bingung, bukannya disambung tapi makmumnya malah kentut tapi tetep, bahkan belaga tambah khusyu’ shalatnya. Nah, makmum yang disampingnya bilang. “ehm, siapa ini yang buang gas...”, nah udah batal 2 kan? Nggak berhenti disitu, makmum sampingnya juga” heh, shalat kok malah ngingetin temennya, nggak boleh itu. Batal kamu!” nah tambah lagi kan yang batal, makmum 3-3nya batal. Bahkab terakhir sampe imamnya juga ketularan. “heh... shalat jadi makmum kok rame sendiri. Kayak aku ini lho imam tenang, sholat kok rame sendiri nggak sah itu, nggak sah”. Nah, shalat kalau nggak dilandasi ilmu, niat yang bener ya kayak gitu.


Bahkan pada suatu riwayat juga, saat setan disuruh memilih menggoda orang sholat yang ndak berilmu, sama orang tidur yang berilmu, dalam hal ini ilmu agama. Setan itu lebih memilih menggoda orang yang sedang sholat yang nggak berilmu itu. Saat ditanya “kenapa?” alasannya adalah karena orang yang sedang sholat itu tidak khusyu’, tidak berilmu, asal-asalan. Sementara yang sedang tidur itu berilmu, sebelum tidur baca doa dulu, sehingga tidurnya itu diniatkan untuk ibadah.


Nah, sesudah kita tahu bahwa sholat itu ialah tiang agama marilah kita rajinkan mendirikan shalat, karena itu mendirikan agama. Selain itu kita juga tau bahwa amalan yang dihisab pertama kali di akhirat nanti dari seorang hamba adalah shalatnya.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.





Meningkatkan Ketakwaan oleh Abay



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai meningkatkan ketakwaan.


Saudara-saudaraku seiman setanah air. Pada kesempatan yang mulia sekarang ini, mari kita guyah hati untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu senantiasa berupaya untuk menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari kita, dengan upaya ini, insya Allah, kita akan dapat hidup dengan baik, tentram dan damai di dunia sampai akhirat nanti.


ُاوْلَئِكَ عَلى هُدًى مِنْ رَبِهِمْ وَاُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ


“Orang-orang yang bertakwa itu mendapatkan petunjuk dari tuhan mereka dan mereka adalah orang-orang yang beruntung”.


Mengapa kita perlu bertaqwa, memperkokoh dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah; di antara alasannya ialah firman Allah dalam surat ali- Imran ayat 102:

Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar- benar takwa kepada-Nya dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan mu slim (berserah diri kepada Allah).
Kemudian terdapat dalam surat al- Hujurat ayat 13; Allah berfirman:

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Dari firman Allah tersebut, Allah menjelaskan perlunya bertaqwa itu yaitu dapat menjalani kehidupan dengan baik dan menjadi kunci utk mendapatkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat; kemudian takwa menjadi ukuran kemuliaan seseoran di sisi Allah dan menurut pandangan manusia.


Dalam bertakwa kita harus sepenuhnya jangan setengah-setengah. Jangan kalau bulan ramadhan raja kita jadi orang yang takwa. Tapi dilanjutkan bahkan harus ditingkatkan seterusnya. Kita itu harus jadi muslim beneran, jangan muslim musiman. Kalau kalau pas musim saja, yaitu musim sandal. Setahun dua kali atau sekali kemesjid itu aja pas shalat ied, ya emang niatnya shalat ied, salah satunya. Habis itu pulang dia bawa-bawa hadist, bawa-bawa ayat. Yang salah satunya


“yang baik dibawa, yang jelek di tinggal”, hadist itu diterapkan ke sandal. Eh sandalnya jelek pergi kemasjid ditinggal, ambil sandal orang yang baik dibawa pulang. Yang seperti itu namanya muslim musiman. Satu lagi, kita sebagai ummat islam kan sudah dijelaskan dalam al-qur’an bahwasannya kita ini adalah kuntun khoiru ummatan , umat-umat terbaik. Tapi, kalau anda-anda yang hadir disini ini saya tanya, kita kemarin dateng disini naik apa? Nah kalo, honda itu buatan negara mana? Suzuki? Toyota? Avanza? Tapi kalo sate? Bakso? Cimol? Nah, mungkinkah kita bukan kuntum khoiru ummatan tapi kuntum ummatan badokan? J padahal di indonesia ini sebagian besar muslim, sebagian besar beragama islam tapi kenapa kok kalah dengan bangsa-bangsa lain yang minoritas muslim?


Bahkan untuk saat ini sementara negara-negara lain, misalnya Amerika disana makin banyak muallaf, muallaf semakin hari semakin bertambah. Sementara di negara kita malah makin banyak murtadzin, makin banyak yang murtad dengan alasan yang sepele, mudah dipancing, naudzubillahi min dzalik. Kalau orang Amerika ada pengeboman hotel jw mariot mereke mempelajari, oh kenapa kalo pengeboman itu dilakukan oleh orang muslim untuk orang yahudi, dll pada hari itu tidak ada sama sekali orang-orang yahudi di dalam sana? Mungkinkah itu rekayasa sayajuga kurang tau. Tapi setelah mereka mempelajari kasus itu, sekarang banyak diantara warga AS yang masuk Islam.


Bahkan sekarang di dalam gedung putih sudah ada masjid. Saya mau cerita pengalaman saya. Saya pernah mau masuk di masjid di gedung putih itu. Tinggal 5 langkah saja jaraknya dari saya. Begitu saya melangkah kedepan, eh mati lampu Tvnya mati. Yaudah pintunya hilang. Hehhe, apa yang dapat kita pelajari dari itu? Apakah kita kala? Saya tidak tau tapi yang pasti kita harus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.


Bagaimana cara meningkatkan ketakwaan itu? Caranya adalah sebagai berikut.


Melakukan Muhasabah


Melakukan muhasabah (mengevaluasi diri) terkait dengan kondisi keimanan dan ketakwaan sangat penting dilakukan. Muhammad Nu’man Yasin dalam Al-Imanmenyatakan bahwa hal terpenting yang harus dilakukan setiap Muslim adalah memelihara dan menghisab dirinya: adakah imannya bertambah ataukah berkurang; dan hendaknya ia meneliti, jika imannya berkurang, apa yang harus dilakukan untuk menguatkannya.


Abu Darda mengatakan, “Di antara tanda kefaqihan (kepahaman tentang Islam) seseorang adalah apabila ia memelihara imannya dan menambalnya jika bekurang.” Maimun bin Mahran (Said Hawwa, 2004) menjelaskan, “Seorang hamba tidak termasuk golongan muttaqin sehingga dia menghisab dirinya lebih keras ketimbang muhasabahnya terhadap orang lain.” Evaluasi kondisi keimanan Anda. Jika saat ini merasa malas untuk ke masjid, lemah dalam tilawah, gampang marah, dan sebagainya, segeralah mengambil tindakan untuk memperbaiki diri.


Menambah Ilmu


Benarlah yang dikatakan Muhammad Nu’man Yasin bahwa ilmu merupakan jalan untuk meningkatkan iman dan ma’rifah. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita tidak memupus semangat kita dalam menambah ilmu. Mendatangi majelis-majelis ilmu, seperti majelis taklim, kajian rutin, kuliah subuh, kultum ba’da shalat maghrib tidak sekedar berpahala tetapi sekaligus mampu meningkatkan kualitas keimanan seseorang. Tentu termasuk di dalamnya membaca buku dan berdiskusi secara makruf.


Begitu banyak sarana menambah ilmu yang dapat diperoleh, hanya saja sayang – selama ini – kita lebih banyak dihinggapi rasa malas. Kajian-kajian di banyak masjid serta toko buku dan perpustakaan begitu dekat dengan tempat kita tinggal. Alangkah indahnya jika semua itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas iman kita. Hidupkanlah majelis-majelis ilmu di sekitar rumah Anda. Berduyun-duyunlah ke masjid bersama keluarga, sehingga lingkungan Anda menjadi semarak dan bergairah terhadap ilmu. Allah SWT menyatakan, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah, dari para hamba-Nya, adalah orang-orang yang berilmu.” (Qs. Faathir [35]:28).


Meningkatkan Amal Shalih dan Ketaatan


Memperbanyak amal shalih akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Sekali kita bermalas-malasan untuk shalat berjamaah di masjid, misalnya, maka lambat laun tindakan ini akan menggiring kita pada kemalasan-kemalasan yang lain. Sebaliknya, bersemangatlah untuk melakukan amal shalih, lalu perhatikan, dalam waktu yang tidak lama kita akan bersemangat pula untuk melakukan amal shalih lainnya.


Susunlah program rutin beserta target-targetnya. Misalnya, program rutin: tilawah Al-Quran ½ juz perhari dan shalat berjamaah di masjid. Program pekanan: tahajud 3x perpekan, mengikuti pembinaan keislaman (halaqoh/taklim), dan sebagainya. Langkah ini dilakukan untuk memperteguh semangat kita dalam beramal shalih dan meningkatkan ketaatan kepada Allahta’ala.


Menjauhkan Diri dari Hal-hal yang Subhat dan Berdosa


Seorang Muslim sangat menjaga hidupnya agar tidak melakukan kemaksiatan sekecil apapun. Mereka berusaha maksimal agar terjauh dari perkara-perkara subhat dan dosa. Dari Athiyah bin ‘Urwah As-Sa’dy ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang tidak bisa mencapai tingkatan muttaqin (orang-orang yang bertakwa), sebelum ia meninggalkan semua yang tidak berdosa karena khawatir terjerumus pada sesuatu yang berdosa.” (HR. Tirmidzi).


Begitulah tradisi yang dilakukan para sahabat Rasulullah. Jangankan yang sangat jelas dilarang, sesuatu yang tidak berdosa, tetapi dikhawatirkan dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan dosa pun ditinggalkannya. Sikap yang dimiliki Muslim, ungkap Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam Halal wa Haram fil Islam adalah sikap wara’ (berhati-hati karena takut berbuat haram). Setiap Muslim diharuskan untuk menjauhkan diri dari masalah yang masih subhat. Cara semacam ini termasuk upaya menutup jalan berbuat maksiat (saddud dzara’i).


Mengingat Kematian


Mengingat kematian sebenarnya mampu meningkatkan ketakwaan kita. Kesadaran bahwa waktu yang kita miliki di dunia ini terbatas, bahkan tidak bisa ditentukan kapan habisnya, mendorong kita untuk bersiap-siap setiap saat dengan ibadah yang terbaik. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW mengingatkan tentang perkara ini. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Perbanyaklah kalian untuk mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut!” (HR. Tirmidzi).


Bencana demi bencana yang melanda negeri ini semestinya menjadikan kita semakin mendekat kepada Allah. Setiap saat ketentuan Allah dapat terjadi pada diri kita. Sebuah penyesalan yang sangat besar ketika kematian itu didekatkan, kita belum mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Marilah kita jadikan lingkungan kita sarat dengan ketaatan kepada Allah, agar bencana itu dijauhkan dari kita. Dan seandainya, bencana itu teramat dekat, kita telah bersiap diri secara maksimal dengan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah.


Bersahabat dengan Orang-orang Shalih


Selain langkah-langkah di atas, kita dapat melakukan langkah-langkah lain, antara lain berkumpul bersama orang-orang shalih. Teman memberikan pengaruh besar dalam diri seseorang. Oleh karena itu, bergaullah dengan orang-orang shalih, yang memiliki ketaatan kepada Allah luar biasa. Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang shalih dan berilmu akan memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Jika kita mencermati sejarah kenabian, kita akan menemukan bahwa kebiasaan berkumpul dengan orang-orang shalih dan berilmu merupakan kebiasaan para sahabat Rasulullah.


Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadus-Shalihin memuat sebuah hadits yang menunjukkan kebiasaan ini. Dari Abu Wail Syaqiq bin Salamah, ia berkata: “Setiap hari Kamis, Ibnu Mas’ud ra. biasa memberi nasihat kepada kami. Waktu itu ada yang usul: ‘Wahai Abu Abdurrahman, saya lebih senang apabila kamu mau menasehati kami setiap hari.’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Sebenarnya saya bisa memberi nasihat setiap hari. Hanya saja, saya khawatir kalau kalian menjadi bosan. Saya sengaja membatasinya sebagaimana Rasulullah SAW. melakukannya kepada kami. Beliau juga khawatir kalau kami merasa bosan.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Marilah kita simak penuturan Harm bin Hayyan, seorang ahli ibadah yang menjadi pegawai Umar bin Khathab, “Tiada seorang hamba yang mendekatkan hatinya kepada Allah, melainkan Allah akan mendekatkan hati orang-orang beriman kepadanya sampai ia mendapatkan kasih sayang mereka.” Berkumpullah dengan orang-orang shalih yang menghiasi setiap pertemuan mereka dengan kebaikan dan ilmu. Dengan cara demikian, insya Allah, kita akan terjaga dan terbina.Dari orang-orang seperti merekalah kita akan memperoleh banyak manfaat. Insya Allah.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.





Membantu Orang yang Lemah oleh Abay



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai membantu orang yang lemah.


Kawan-kawanku muslimin-muslimat yang berbahagia, sebagai seorang muslim kita harus saling membantu. Sebagai manusia, kita mempunyai hakikat sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain, maka dari itu dalam hidup ini kita harus bantu-membantu. Apalagi jikalau ada saudara kita yang sedang kesusahan, saudara kita yang lemah. Kita diwajibkan untuk membantu yang lemah.


Teman-teman, jangan sekali-kali kita meremehkan orang-orang yang lemah. Seseorang yang ditaqdirkan oleh Allah menjadi orang yang lemah, baik itu karena badannya tidak kuat dan sering sakit-sakitan, atau karena miskin tidak punya harta, ataupun karena menjadi wong cilik dan rakyat biasa, hendaknya tidak perlu mlinder dan malu, serta merasa rendah. Karena Allah-lah yang telah menentukan keadaannya demikian. Yang terpenting baginya adalah berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah hakikat ketaqwaan. Kalau dia berusaha selalu istiqomah di dalam ketaqwaan tersebut, niscaya kedudukannya menjadi mulia di sisi Allah, walaupun di dunia ini tidak dihargai oleh manusia. Orang –orang yang lemah , tetapi tetap istiqomah dengan ketaqwaan-nya tersebut ternyata mempunyai kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada mereka . Diantara kelebihan- kelebihan tersebut adalah :


1/ Kalau ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan sumpahnya.Rosulullah saw bersabda :“ Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya “ ( HR Muslim )

Maksudnya adalah orang yang miskin yang tidak punya minyak rambut untuk merapikan rambutnya dan tidak punya baju banyak, sehingga kelihatannya lusuh serta tidak punya jabatan, sehingga sering diremehkan orang. Tetapi orang miskin dan lemah ini tetap istiqomah dengan ajaran Islam, maka jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Alah akan mengabulkannya. Karena walaupun dia kelihatan hina di mata manusia, tetapi dia adalah makhluk Allah yang sangat mulia di sisi-Nya sehingga dipenuhi permintaannya.


2/ Kebanyakan orang yang masuk syurga adalah orang – orang yang miskin.Rosulullah saw bersabda :


“ Saya pernah berdiri di pintu syurga, ternyata yang saya lihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang –orang miskin, sedangkan orang –orang kaya tertahan (yaitu belum diperkenankan masuk syurga dahulu) “ ( HR Bukhari dan Muslim )


Hadist di atas mengisyaratkan bahwa orang –orang yang lemah dan miskin, biasanya lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah swt daripada orang kaya, walaupun tidak secara mutlak. Karena orang –orang yang lemah dan miskin , biasanya merasakan dirinya lemah dan memerlukan bantuan, sehingga selalu berdo’a dan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kaya dan Maha Kuasa. Sebaliknya orang –orang yang kuat dan kaya, biasanya terlena dengan kekuatan dan kekayaannya. Dia merasa tidak membutuhkan lagi pertolongan orang lain, sehingga lupa kepada Allah. Dia merasa tidak perlu berdoa, karena semuanya sudah serba kecukupan.Akhirnya dia semakin jauh dengan Allah.


Juga barangkali, karena orang – orang yang miskin dan lemah tanggung jawabnya relatif lebih sedikit dibanding dengan orang yang kuat, penguasa dan kaya. Karena orang yang berkuasa dan kuat harus mempertanggug jawabkan kekuasaannya di hadapan Allah. Begitu juga orang yang kaya, tentunya dia akan mempertanggung jawabkan kekayaannya, darimana di dapatkannya, dan untuk apa dipergunakannya. Sangat sedikit yang selamat dari ujian semacam ini. Maka wajarlah , jika kebanyakan penduduk syurga adalah orang – orang yang lemah dan miskin.


3/ Orang-oang yang lemah dan miskin biasanya lebih cepat menerima kebenaran.Sebaliknya orang –orang yang kuat dan kaya biasanya menjadi penghalang dakwah dan menolak kebenaran.Allah swt berfirman :


“ Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negri seorasng pemberi peringatanpun ,melainkan oang –orang yang hidup mewah dinegri itu berkata “ Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya “ . Dan mereka berkata :“ Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak ( dari pada kamu ) dan kami sekali-laki tidak akan di adzab “ ( QS as Saba : 34-35 )


4/ Orang- orang lemah dan miskin adalah salah satu sumber kekuatan Islam. Rosulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya kamu diberi kemenangan dan dilimpahkan rizqi karena adanya orang –orang lemah diantara kalian “ ( Hr Bukhari , Tirmidzi dan Abu Daud )


Berkata Al Manawi : “ Maksud hadist d atas adalah bahwa salah satu unsur kemenangan kaum msulimin adalah dengan do’a orang – orang yang fakir miskin,karena hati mereka biasanya lembut dan peka ( inkisar ) , sehingga lebih memungkinkan untuk di kabulkan “


Di dalam Syarh Sunnah di sebutkan bahwa Rosullah saw meminta kemenagan dengan bantuan orang – orang miskin dari orang – oran Muhajir.


Berkata Al Qori : “ Alasan disebutkan Muhajirin secara khusus karena mereka mempunyai beberapa sifat :

Mereka orang fakir miskin

Mereka orang yang asing ( musafir )

Mereka di dholimi ( karena di usir dari kampung halamannya )

Mereka orang yang berijthad

Mereka orang –orang mujahid yang berperang di jalan Allah


Sehingga do’a mereka tentunya lebih mustaja dibanding dengan yang lainnya yang tidak mempunyai sifat- sifat di atas.


Di dalam Sunan Nasai disebutkan bahwa Rosulullah saw bersabda : “ Hanyasanya Allah Menolong umat ini karena ada orang – orang yang lemah di dalamnya , yaitu karena doa’ sholat serta keikhlasan mereka “


Berkata Ibnu Mundzir : “ Artinya bahwasanya ibadatnya orang – orang yang lemah dan do’a mereka biasanya lebih ikhlas, karena hati mereka tidak tergantung kepada keindahan kehidupan dunia ini dan konsentrasi mereka hanya pada satu fokus saja ( yaitu akhirat) sehnigga do’a mereka mustajab dan amalan mereka bersih. Oleh karenanya, orang-orang beriman di perintahkan untuk bersama mereka, sebagaimana firman Allah di dalam ( Qs Al Kahfi : 28 ) , dalam surat lain Allah berfirman : “ Adapun terhadap orang yatim , janganlah kamu berlaku sewenang- wenang . Dan terhadap orang yang minta- minta , maka janganlah kamu menghadirknya “ ( Ad Duha :9-10 )


5/ Orang –orang lemah dan miskin adalah penyebab turunnya barokah dan rizqi dari Allah .Hadist Bukhari di atas. Rosulullah bersabda : “ Kalau bukan karena binatang ternak, maka mereka tidak akan di berikan hujan “ ( HR Ibnu Majah )


6/ Orang – orang yang lemah dan miskin adalah para penangkal malapetaka.


Rosulullah bersabda :


“Seandainya kalau bukan karena para pemuda yang khusu’, binatang ternak yang sedang mencari makan, anak- anak yang sedang menyusui , maka niscaya Allah akan menurunkan kepada kalian adzab “ ( HR Abu Ya’la Dan Bazzar )


Hadist di atas menunjukkan bahwa makluk yang tidak berdaya akan selalu dilindungi oleh Allah swt.


6/ Orang yang lemah dan miskin sebagai sarana untuk masuk syurga .


Rosulullah saw bersabda :


“ Saya dan orang yang memelihara anak yatim di syurga seperti ini “ Seraya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah serta direnggangkan antara keduanya. (HR Bukahri ) 5304 Kitab Tholak .


“ Barang siapa yang merawat dua anak perempuan sehingga mereka baligh, maka ketika ia datang pada hari kiamat, saya dan dia kedudukannya seperti ini “ , seraya menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya . ( HR Muslim ( 2631) Kitab Al Birr wa al sillah ,


Oleh karena itu, janganlah dalam hidup ini kita hanhya mementingkan diri sendiri. Hanya menjadi seorang yang egois dengan tidak memperhatikan keadaan sekitar. Kalo dulu saja, seorang sahabat tidak mau makan apabila tetangganya ada yang belum makan. Janganlah ubah pepatah lama, mangan ra mangan sing penting kumpul menjadi kumpul ra kumpul sing penting mangan.


Demikian, Wassalamualaikum Wr. Wb.





Larangan Menyekutukan Allah oleh Abay



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai larangan menyekutukan Allah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an.


]فلا تجعلوا لله أندادا وأنتم تعلمون[


“Maka janganlah kamu membuat sekutu untuk Allah padahal kamu mengetahui (bahwa Allah adalah maha Esa) ” (QS. Al Baqarah, 22)


Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan : “membuat sekutu untuk Allah adalah perbuatan syirik, suatu perbuatan dosa yang lebih sulit untuk dikenali dari pada semut kecil yang merayap di atas batu hitam, pada malam hari yang gelap gulita. Yaitu seperti ucapan anda : ‘demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan, juga demi hidupku’, Atau seperti ucapan : ‘kalau bukan karena anjing ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri itu’, atau seperti ucapan : ‘kalau bukan karena angsa yang dirumah ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri tersebut’, atau seperti ucapan seseorang kepada kawan-kawannya : ‘ini terjadi karena kehendak Allah dan kehendakmu’, atau seperti ucapan seseorang : ‘kalaulah bukan karena Allah dan fulan’.


Oleh karena itu, janganlah anda menyertakan “si fulan” dalam ucapan-ucapan diatas, karena bisa menjatuhkan anda kedalam kemusyrikan.” (HR. Ibnu Abi Hatim)


Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda yang artinya :


“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain Allah, maka ia telah berbuat kekafiran atau kemusyrikan” (HR. Turmudzi, dan ia nyatakan sebagai hadits hasan, dan dinyatakan oleh Al Hakim shoheh).






Dan Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu berkata :


“Sungguh bersumpah bohong dengan menyebut nama Allah, lebih Aku sukai daripada bersumpah jujur tetapi dengan menyebut nama selainNya.”






Diriwayatkan dari Hudzaifah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "


“Janganlah kalian mengatakan : ‘atas kehendak Allah dan kehendak si fulan’, tapi katakanlah : ‘atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan’.” ( HR. Abu Daud dengan sanad yang baik ).


Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha’i bahwa ia melarang ucapan : “Aku berlindung kepada Allah dan kepadamu”, tetapi ia memperbolehkan ucapan : “Aku berlindung kepada Allah, kemudian kepadamu”, serta ucapan : ‘kalau bukan karena Allah kemudian karena si fulan’, dan ia tidak memperbolehkan ucapan : ‘kalau bukan karena Allah dan karena fulan’.


Kawan-kawanku muslimin muslimat yang berbahagia.
Pembatal ke-Islaman seseorang yang paling besar adalah syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Oleh karena itu kita temukan dalam al Qur`an Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa mengingatkan kita (agar menjauhkan) syirik, orang-orang yang melakukan syirik dan akibat yang akan mereka rasakan, dalam banyak ayat. Lafadz syirik dan bentukannya disebutkan berulang-ulang dalam al Qur`an lebih dari 160 kali. Demikian juga dalam sunnah, kita temukan sangat banyak hadits-hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan bahayanya.



PENGERTIAN SYIRIK

Menurut bahasa: Syirik adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi antara dua orang atau lebih.

Menurut istilah syar’i: Syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa maksudnya menjadikan sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik dalam rububiyahnya ataupun uluhiyahnya, tetapi istilah syirik lebih sering digunakan untuk syirik dalam uluhiyahnya.

Atau: menyamakan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam hal-hal yang menjadi hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.



HUKUM SYIRIK

Syirik adalah larangan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang paling besar. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat An Nisaa` ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”

Syirik juga merupakan perbuatan haram yang pertama (harus ditinggalkan). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Al An’aam ayat 151:

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).”



PENGGUNAKAN KATA SYIRIK

Jika anda mendapat istilah syirik dalam buku aqidah maka maksudnya bisa berarti syirik akbar atau syirik ashghar. Maka anda jangan menghina orang-orang yang mendakwahkan tauhid bahwa mereka selalu menghukumi segala sesuatu dengan syirik. Fahamilah setiap ungkapan pada tempatnya yang tepat.

Oleh karena itu anda perlu mengetahui bahwa syirik dalam pengertian syar’I digunakan untuk tiga makna:

1. Meyakini ada sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam kekuasaan, rububiyah, mencipta, memberi rizqi dan mengatur alam. Siapa yang meyakini bahwa ada orang yang mengatur alam ini dan mengatur seluruh urusannya, maka ia telah menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam rububiyah dan telah kafir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.



2. Meyakini adanya dzat selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang bisa memberikan manfaat atau madlarat, dzat ini merupakan perantara antara Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan makhluq, maka sebagian jenis ibadah ditujukan padanya. Inilah yang dinamakan syirik dalam uluhiyyah. Syirik inilah yang banyak dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Mereka mengatakan tentang sembahan mereka


Mempertimbangkan (dapat perhatian, pujian dan lain-lain) dari selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun mempertimbangkan perhatian atau pujian dalam perbuatan seperti riya yang dilakukan oleh orang yang rajin ibadah, misalnya ketika shalat, ia panjangkan berdiri, ruku’ dan sujudnya kemudian ia tampakkan kekhusyu’annya di hadapan orang banyak, ketika ia puasa, ia tampakkan bahwa dirinya sedang puasa, misalnya dengan mengatakan: “Apa anda tidak tahu bahwa hari ini Senin (atau Kamis) ?” “Apa anda tidak puasa ?” Atau ia katakan: “Hari ini saya undang anda untuk berbuka puasa bersama ?” Demikian pula haji dan jihad. Ia pergi haji dan jihad tetapi tujuannya riya`.


Nah, disinilah berlaku keutamaan tauhid, Berbicara tentang keutamaan tauhid sebenarnya terkandung unsur kewajiban untuk bertauhid. Sebab “tidak berarti bahwa adanya keutamaan pada sesuatu berarti bahwa sesuatu itu tidak wajib, karena keutamaan merupakan hasil atau buah yang ditimbulkan. Seperti sholat jama’ah yang telah jelas keutamaannya dalam hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam:

صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendiri, dua puluh tujuh derajat.” (HR Imam Bukhari [Kitab Adzan, bab Keutamaan Shalat Jama’ah] dan Imam Muslim (Kitab Al Masajid [masjid-masjid], Bab Keutamaan Shalat Jam’ah) Keutamaan yang ada pada shalat jama’ah ini tidak berarti bahwa shalat jama’ah ini tidak wajib.

Jadi tidak selalu berarti bahwa ketika kita berbicara tentang keutamaan tauhid berarti tauhid itu tidak wajib, sebab tauhid adalah kewajiban yang paling pertama. Tidak mungkin suatu amal akan diterima tanpa tauhid. Tidak mungkin seorang hamba bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tanpa tauhid. Sekaligus bahwa tauhid juga memiliki keutamaan.

Faidah tauhid sangat banyak, diantaranya:

1. Tauhid adalah penopang utama yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa; sebab orang yang bertauhid akan beramal untuk dan karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik ketika ia sendiri maupun ketika bersama orang banyak. Sedangkan orang yang tidak bertauhid, misalnya seperti orang yang riya`, ia hanya akan bersedekah, shalat dan berdzikir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa kalau ada orang yang melihatnya. Oleh karena itu sebagian ulama salaf mengatakan: Sesungguhnya saya sangat ingin bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan melakukan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2. Orang-orang yang bertauhid akan mendapatkan ketenangan dan petunjuk, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa:

الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Nya semata yang tidak ada sekutu bagi Nya, dan mereka tidak menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sedikitpun dalam berbagai hal. Mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan pada hari Qiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –hafizhalullah- mengatakan: Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (Wahum Muhtaduun; dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah) maksudnya di dunia, (mendapatkan hidayah) menuju syari’at Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan ilmu dan amal. Mendapat hidayah dengan ilmu adalah hidayah irsyaad, sedangkan mendapat hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq. Mereka juga mendapatkan hidayah di akhirat menuju surga. Hidayah di akhirat ini, untuk orang-orang yang zhalim (mereka mendapatkan hidayah) jalan menuju neraka jahim, sebaliknya untuk orang-orang yang tidak zhalim mendapat hidayah jalan menuju surga (yang penuh kenikmatan). Banyak diantara ulama tafsir yang mengatakan tentang firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ) mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rasa aman: Rasa aman itu di akhirat sedangkan hidayah itu di dunia. Pendapat yang lebih tepat bahwa rasa aman dan hidayah itu bersifat umum, baik di dunia maupun di akhirat.”

Ketika ayat ini turun dirasakan berat oleh para sahabat -radliyallaahu 'anhum-. Mereka mengatakan: “Siapakah diantara kita yang tidak menzholimi dirinya sendiri ?” Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskan: “Maksud ayat tersebut bukan seperti yang kalian kira, yang dimaksud zholim dalam ayat tersebut adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan lelaki yang sholeh, Luqman:

إن الشرك لظلم عظيم
“Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS Luqman: 13)

Ada beberapa jenis zholim

1) Zholim yang paling besar yaitu syirik dalam hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.
2) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, dengan tidak memberikan haknya, seperti orang yang berpuasa dan tidak berbuka, orang yang shalat malam terus dan tidak tidur.
3) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, misalnya memukul, membunuh, mengambil harta dan lain-lain.
Jika tidak ada kezholiman maka akan terwujud keamanan. Namun apakah keamanan yang smepurna ?
Jawabannya: jika imannya sempurna dan tidak dicampuri ma’shiyat maka akan terwujud rasa aman yang mutlak (sempurna), jika iamnnya tidak sempurna maka yang akan terwujud adalah rasa aman yang kurang juga.




Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.





Nb: iyya kana’buduu wa dukunastain bisa dimasukkan untuk cerita

Kewajiban Menuntut Ilmu by Aditya Bayu Anggara



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada junjungan kita, nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai kewajiban menuntut ilmu.


Saudara-saudaraku, muslimin-muslimat yang berbahagia. Sama apa beda antara orang pinter dengan orang bodoh? Sekali lagi, sama apa beda antara orang pinter dengan orang yang bodoh? Ini pertanyaan dari Allah yang tidak perlu jawaban. Allah ndak butuh jawaban, karena sudah maklum kalo orang pinter sama orang bodoh sudah pasti berbeda, semuanya berbeda ndak ada yang sama, mulai dari gayanya berbeda, ngomongnya berbeda, lagaknya berbeda, kelakuannya berbeda, sampai ibadahnya juga berbeda.


Bahkan dalam suatu riwayat dikisahkan, saat setan disuruh memilih untuk menggoda orang sedang sholat tapi bodoh, dengan orang yang sedang tidur tapi berilmu. Dan, ternyata setan lebih memilih menggoda orang bodoh yang sedang beribadah. Kok bisa? Karena ibadahnya orang bodoh itu tidak dilandasi dengan ilmu. Beda dengan orang yang satunya, dia tidur tapi dia berilmu, sebelum tidur baca doa, di niatkan tidur untuk dapat melaksanakan ibadah kepada Allah, sampai tidurnya orang berilmu itu di nilai ibadah. Jadi, tidurnya orang berilmu itu lebih baik daripada ibadahnya orang bodoh.


Maka dari itulah kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, ilmu laksana pelita, ilmu adalah cahaya dalam kegelapan. Rasulullah SAW bersabda :






طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِ يْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُـسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ ( رواه الترمذى، ابن ماجه و النسائ )


Artinya : “ Menuntut ilmu ( itu ) wajib bagi setiap muslim laki – laki dan perempuan “


( H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasai ).


Hukum menuntut ilmu itu ada 2, fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Fardhu ‘ain untuk ilmu agama dan fardhu kifayah untuk ilmu-ilmu duniawi. 


Ilmu itu sangat penting, bahkan segala amal perbuatan yang tidak didasari dengan ilmu akan sia-sia. Apalagi bagi kita yang sedang hidup di zaman jahiliyah modern seperti ini. Disebut jahiliyah tapi modern, disebut modern tapi jahiliyah. Untuk hidup di zaman serba jahiliyah modern seperti saat ini kita sangat membutuhkan ilmu sebagai pelita, sebagai penerang, sebagai petunjuk hidup kita.


Bayangkan saja, Seorang petani tidak akan menjadi petani yang sukses tanpa mengetahui ilmu dan cara bercocok tanam. Begitu pula seorang pedagang tidak akan menjadi pedagang yang sukses tanpa tahu ilmu dan cara berdagang.


Rasulullah SAW mengajak umatnya untuk mencari ilmu sejak ayunan bunda hingga liang lahat. Sebagaimana sabda beliau :


اُ طْلُبُوْا العِلْمِ مِنَ المَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ


Artinya : “ Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” .


Kita diperintahkan untuk menuntut ilmu dari kecil hingga mati, kenapa? Karena pada dasarnya ilmu itulah yang akan mendasari segala amal dan pernuatan kita. Ada sebuah cerita, 4 orang mau melakukan shalat berjamaah, salah satu dari mereka jadi imam dan 3 lainnya jadi makmum. Orang yang jadi imam saja baru jalan sudah dibuat-buat sampai takbir ikut-ikutan dibuat-buat, Allahu Akbar, subahanallah...


Sampe dengan bacaan surat-surat, dia bergaya, yang dibaca ndak lagi surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, tapi langsung potongan ayat dalam Al-Qur’an. Bismilahirrahmanirrahim... wamaa.... wama.... wamaa.... woma wama woma wama, ndak tau lanjutannya, sampe makmum saja ndak tau ayat mana yang dimaksud, seketika itu juga makmu yang dibelakang imam kentut, cesss.... tapi bukannya ambil air wudhu dan mengulangi malah pura-pura tidak tau apa-apa dan sok tambah khusyu’. Nah, makmum yang satunya mencium baunya lalu bilang “ehng.. lha siapa yang kentut ini, baunya... lho kamu kentut ya batal a, ambil wudhu sana!” sudah 2 orang batal, kemudian makmum ketiga juga ikut-ikut nyambung, “he... udah-udah, shalat kok bicara, rame terus, batal kalian berdua” tambah satu lagi yang batal. Sampai-sampai imam juga ikut ketularan. Imam toleh kebelakang dan bilang “ heh, ini pada ngapain tah, orang sholat jadi makmum kok malah rame sendiri, kayak aku gini lho imam diam, khusyu’-khusyu’”. Dan akhirnya semuanya batal kan? Itulah kalo orang sholat, orang ibadah tapi tidak tau ilmunya, tidak dilandasi dengan ilmu.


Rasulullah juga bersabda:






مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ، وَ مَنْ اَرَادَ اْلأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ، وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ


(رواه الطبرانى)


Arti Hadits Mencari Ilmu


Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia dan akhirat) maka harus dengan ilmu (H.R. Thabrani)


Sudah jelas sekali bukan, kalau kita mau menelaah lebih dalam lagi. Pada tahun 2006 kalau tidak salah, saat itu adalah babak kualifikasi piala dunia antara kesebelasan arab melawan kesebelasan china. Kita tau bahwa bendera negara arab itu warnanya ijo bertuliskan laa ilaha illallah muhammadar rasulullah bergambarkan pedang, saat itu juga stadion dipenuhi oleh warna ijo, berhubung saat itu arab sedang bermain kandang. Seluruh penjuru stadion dipenuhi ijo-ijo, sambil terdengar teriakan takbir Allahu Akbar, alhasil dari pertandingan tersebut adalah 9-0 untuk kemenangan China. Wah, opo arab tahlilane kalah karo singkek iki? Bukannya seperti itu, tapi itu memang bukan tempatnya.


Kita juga jadi teringat beberapa tahun yang lalu saat final piala AFF antara Indonesia melawan Malaysia, sebelum pertandingan kan seperti yang kita ketahui, bahwasannya para pemain, pelatih, oficial melakukan istighosah, tapi alhasil dari npertandingan dimenangkan oleh Malaysia. Sama seperti tadi, karena itu bukan tempatnya istighosah, bukan tempatnya takbir. Kalau zaman dahulu takbir, istighosah itu digunakan untuk melawan penjajah, untuk berperang. Para kiai melawan penjajah, dengan membaca ayat dan kemudian melemparkan batu ke kendaraan belanda, kendaraannya bisa meledak. Saya juga pernah coba saat itu saya baca ayatnya, saya lemparkan batu ke kucing, eh bukannya meledak malah kucing lari, sambil meringis J. Itulah kalau tidak didasari ilmu, bikan istighosahnya yang tidak mempan, bukan doanya yang tidak mempan, tapi itu karena salah penempatan.bayangkan saja kalau dalam sepak bola diadakan istighosah bisa menang saya khawatir nanti perjudian juga diistighosahi, naudzubillah.


Itulah kegunaan ilmu, ilmu sangat penting untuk kehidupan kita. Apalagi di zaman jahiliyah modern ini, ilmu sangat penting untuk dijadikan pelita, penerang dalam kehidupan.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.





Keutamaan Shalat Berjamaah oleh Aditya Bayu Anggara



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai keutamaan shalat berjamaah.


Kawan-kawanku muslimin-muslimat yang berbahagia.


Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya.




“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un:4-5)






Dalam hadits qudsy, Allah Ta’ala berfirman:


“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:




‘Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’. Jika ia mengucapkan:




‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika ia mengucapkan:




‘Yang menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan:




‘Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah menjawab: ‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia membaca:




‘Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat , bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)


Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjama’ah. Bahkan begitu pentingnya shalat berjama’ah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya. Bukahkah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah?.


Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa sholat berjamaah lebih utama dari pada sholat sendiri-sendiri (munfarid). Seseorang yang melakukan sholat jamaah akan mendapatkan pahala sebanyak 27 tujuh lebih banyak dari pada sholat sendiri. Akan tetapi, dalam keseharian kita, jarang sekali menyempatkan waktu untuk melakukan sholat jamaah.


Beberapa manfaat sholat jamaah adalah mempererat ukhuwah, memperkuat keimanan, dan juga memperkuat hal-hal lainnya. Bahkan pada zaman Rasulullah, sholat jamaah ini seperi hampir diwajibkan, terutama bagi laki-laki untuk sholat jamaah di masjid.


Dengan berjamaah, akan ada penyatuan ummat, seorang pemimpin akan dekat dan mudah memberikan arahan kepada umatnya. Ketika seorang Muslim sholat dengan sendiri-sendiri maka tidak ada interaksi, dan hala ini secara sosial akan rentan karena tidak diketahui siapa-siapa diantara ummat yang miskin dan yang sedang mengalami penderitaan.


Bagi ummat Islam, masjid pada hakikatnya adalah sebagai sentral gerakan sosial, dan bahkan gerakan politik. Sayangnya, di negeri ini ada masjid di mana-mana, namun jamaahnya tidak begitu banyak. Banyak umat Muslim, namun sholat berjamaah jarang dilakukan.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang menyebabkan Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat ..? para shahabat menjawab ; Ya wahai Rasulullah, beliau bersabda, " Menyempurnakan wudlu meski dalam keadaan susah dan banyak-banyak mendatangi masjid, menunggu shalat setelah shalat.... itulah ribat, itulah ribat, itulah ribat" [Shahih Muslim 1/219 no 251 urutan 41 bab 14 kitab At-Thaharah]



Allah berfirman. .

"Artinya : Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah
diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan
balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas" [An-Nur : 36-38] .

Banyak sekali ayat dan hadits-hadits dalam bab ini, maka bagi orang yang berkhidmat di masjid dan bertanggung jawab atas masjid baik atas nama pribadi, jama'ah, yayasan atau yang lain haruslah menghidupkan masjid dengan membangun, membersihkan, menghamparkan permadani, penerangan dan kesinambungan pemenuhan air serta lainnya yang termasuk di dalamnya demi kemudahan dan kelancaran hamba Allah untuk melaksanakan amal-amal yang besar di dalam masjid.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.









Kejujuran



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai kejujuran.


Sebagai pengantar saya ingin menyampaikan sebuah cerita.

Suatu hari, ketika seorang kakek, penebang kayu, sedang menebang pohon, ia kehilangan satu2nya kapak yg ia punya karena terjatuh ke sungai. Dia menangis & berdoa, hingga muncul malaikat dan bertanya kepadanya:

“Mengapa engkau menangis?” 
Sambil terisak si kakek bercerita tentang satu2nya kapak alat pencari nafkahnya telah terjatuh ke dlm sungai.

Malaikat menghilang seketika & muncul kembali dgn membawa Kapak Emas sambil bertanya: “Apakah Ini Kapakmu?” 
“Bukan,” jawab kakek Itu.
Lalu malaikat menghilang lagi & muncul kembali dgn membawa Kapak Perak sambil bertanya lagi: “Apakah ini kapakmu?”
“Bukan,” sahut kakek itu sambil menggelengkan kepala.

Setelah menghilang sekejap, malaikat itu kembali lagi dgn membawa kapak yg jelek dgn gagang kayu & mata besi. “Apakah ini kapakmu?”,
“Ya, benar ini kapak saya."
“Kamu adalah orang jujur, oleh karenanya aku berikan ketiga kapak ini untukmu Sebagai imbalan atas kejujuranmu!”
Kakek itu pulang ke rumah dgn rasa syukur & sukacita.

Beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isterinya terjatuh & hanyut ke dlm sungai.

Si kakek menangis dgn sedih & berdoa.
Muncullah pula malaikat yg memberinya 3 Kapak tempo hari. 
“Mengapa engkau menangis?”,
“Isteriku satu2nya yg amat kucintai terjatuh & hanyut ke dlm sungai.”. 
Lalu malikat menghilang & muncul kembali dgn membawa Luna Maya sambil bertanya “Apakah ini isterimu?”, “Ya.”
Malikat amat murka & berkata “Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?”
Dgn ketakutan sambil gemetaran kakek itu berkata, “Jika aku tadi menjawab bukan, engkau akan kembali lagi dgn membawa Cut Tari & jika kujawab lagi bukan, engkau akan kembali dgn membawa isteriku yg sebenarnya & saya pasti akan menjawab benar, lalu engkau akan memberikan ketiganya untuk menjadi isteriku. Saya ini orang tua renta... Tdk mungkin saya bisa seperti Ariel, please dech..






Kejujuran menempati kedudukan istimewa dalam ajaran Islam, karena ia merupakan penopang jalan kebaikan bagi manusia. Menurut Al-Qusyairi, kejujuran menempati kedudukan setingkat di bawah kenabian, sebagaimana firman Allah SWT, ''Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dan orang-orang yang menetapi kebenaran.'' (QS An-Nisa [4]: 69).

Alquran memuji orang-orang yang jujur lebih dari lima puluh kali. Salah satunya yang termaktub dalam surah al-Ahzab [33] ayat 24, ''Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.''

Kejujuran yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Alquran itu? Salah satu cirinya adalah jika batin seseorang serasi dengan perbuatan lahirnya. Sebagaimana diriwayatkan Abu Qilabah bahwa Umar bin Khathab RA melarang umat Islam menilai dan melihat puasa atau shalat seseorang, tetapi hendaknya melihat kejujuran ucapan seseorang jika ia berbicara, amanahnya jika ia diberi tanggung jawab, dan kemampuannya meninggalkan apa pun yang meragukan jika mendapat kenikmatan dunia.

Sementara itu, Al-Junayd menyatakan bahwa inti kejujuran adalah jika seseorang berkata benar dalam situasi-situasi di mana hanya dusta yang bisa menyelamatkannya. Pernyataan senada juga diutarakan Imam Thabari. Ia menekankan pentingya seseorang berkata dan berbuat jujur dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kejujuran itu akan membunuh atau membinasakannya.

Contoh ideal dalam hal ini tentunya Rasulullah SAW. Kejujuran beliau yang mencerminkan ketinggian akhlak dipuji oleh Alquran, ''Dan engkau sungguh mempunyai akhlak yang agung.'' (QS al-Qalam [68]: 4). Berlaku jujur sama halnya membangun keluhuran moral dan mental untuk menciptakan suasana sosial yang lebih harmonis dan tenteram.

Oleh karena itu, kejujuran mesti tertanam dalam jiwa semua orang yang beriman. Berkata bohong, berkomentar kontroversial, justru akan menyebabkan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selayaknyalah kita sama-sama menjaga kebersamaan dengan menjunjung tinggi kejujuran demi terciptanya bangsa yang bermartabat.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.