Selasa, 15 Juli 2014

Kejujuran



Assalamualaikum wr. Wb.


Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil alaamin wabihii nastainu ala umuriddunya wadin wassholatu wassalamu ala ashrofil anbiya i wal mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa alaa alihii wa shohbihi ajmaiina amma ba’du.


Yang saya terhormat bapak ibu dewan juri.


Yang saya hormati bapak ibu pendamping, serta teman-teman peserta pentas pendidikan agama islam yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kita sehingga kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiyat. Tak lupa shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada nabi besar, baginda Rasulullah saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah. Aaaaamiin.


Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian mengenai kejujuran.


Sebagai pengantar saya ingin menyampaikan sebuah cerita.

Suatu hari, ketika seorang kakek, penebang kayu, sedang menebang pohon, ia kehilangan satu2nya kapak yg ia punya karena terjatuh ke sungai. Dia menangis & berdoa, hingga muncul malaikat dan bertanya kepadanya:

“Mengapa engkau menangis?” 
Sambil terisak si kakek bercerita tentang satu2nya kapak alat pencari nafkahnya telah terjatuh ke dlm sungai.

Malaikat menghilang seketika & muncul kembali dgn membawa Kapak Emas sambil bertanya: “Apakah Ini Kapakmu?” 
“Bukan,” jawab kakek Itu.
Lalu malaikat menghilang lagi & muncul kembali dgn membawa Kapak Perak sambil bertanya lagi: “Apakah ini kapakmu?”
“Bukan,” sahut kakek itu sambil menggelengkan kepala.

Setelah menghilang sekejap, malaikat itu kembali lagi dgn membawa kapak yg jelek dgn gagang kayu & mata besi. “Apakah ini kapakmu?”,
“Ya, benar ini kapak saya."
“Kamu adalah orang jujur, oleh karenanya aku berikan ketiga kapak ini untukmu Sebagai imbalan atas kejujuranmu!”
Kakek itu pulang ke rumah dgn rasa syukur & sukacita.

Beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isterinya terjatuh & hanyut ke dlm sungai.

Si kakek menangis dgn sedih & berdoa.
Muncullah pula malaikat yg memberinya 3 Kapak tempo hari. 
“Mengapa engkau menangis?”,
“Isteriku satu2nya yg amat kucintai terjatuh & hanyut ke dlm sungai.”. 
Lalu malikat menghilang & muncul kembali dgn membawa Luna Maya sambil bertanya “Apakah ini isterimu?”, “Ya.”
Malikat amat murka & berkata “Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?”
Dgn ketakutan sambil gemetaran kakek itu berkata, “Jika aku tadi menjawab bukan, engkau akan kembali lagi dgn membawa Cut Tari & jika kujawab lagi bukan, engkau akan kembali dgn membawa isteriku yg sebenarnya & saya pasti akan menjawab benar, lalu engkau akan memberikan ketiganya untuk menjadi isteriku. Saya ini orang tua renta... Tdk mungkin saya bisa seperti Ariel, please dech..






Kejujuran menempati kedudukan istimewa dalam ajaran Islam, karena ia merupakan penopang jalan kebaikan bagi manusia. Menurut Al-Qusyairi, kejujuran menempati kedudukan setingkat di bawah kenabian, sebagaimana firman Allah SWT, ''Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dan orang-orang yang menetapi kebenaran.'' (QS An-Nisa [4]: 69).

Alquran memuji orang-orang yang jujur lebih dari lima puluh kali. Salah satunya yang termaktub dalam surah al-Ahzab [33] ayat 24, ''Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.''

Kejujuran yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Alquran itu? Salah satu cirinya adalah jika batin seseorang serasi dengan perbuatan lahirnya. Sebagaimana diriwayatkan Abu Qilabah bahwa Umar bin Khathab RA melarang umat Islam menilai dan melihat puasa atau shalat seseorang, tetapi hendaknya melihat kejujuran ucapan seseorang jika ia berbicara, amanahnya jika ia diberi tanggung jawab, dan kemampuannya meninggalkan apa pun yang meragukan jika mendapat kenikmatan dunia.

Sementara itu, Al-Junayd menyatakan bahwa inti kejujuran adalah jika seseorang berkata benar dalam situasi-situasi di mana hanya dusta yang bisa menyelamatkannya. Pernyataan senada juga diutarakan Imam Thabari. Ia menekankan pentingya seseorang berkata dan berbuat jujur dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kejujuran itu akan membunuh atau membinasakannya.

Contoh ideal dalam hal ini tentunya Rasulullah SAW. Kejujuran beliau yang mencerminkan ketinggian akhlak dipuji oleh Alquran, ''Dan engkau sungguh mempunyai akhlak yang agung.'' (QS al-Qalam [68]: 4). Berlaku jujur sama halnya membangun keluhuran moral dan mental untuk menciptakan suasana sosial yang lebih harmonis dan tenteram.

Oleh karena itu, kejujuran mesti tertanam dalam jiwa semua orang yang beriman. Berkata bohong, berkomentar kontroversial, justru akan menyebabkan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selayaknyalah kita sama-sama menjaga kebersamaan dengan menjunjung tinggi kejujuran demi terciptanya bangsa yang bermartabat.


Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan dan kesalahan, maka itu datangnya dari diri saya sendiri, untuk itu saya mohon maaf. Dan apabila ada kebenarannya maka itu datangnya dari Alloh semata.


Akhirul kalam, wabillahitaufiq wal hidayat


Wassalamualaikum wr. Wb.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar